T I G A P U L U H

377 9 1
                                        

Keesokan hari nya, bangun dari tidur Filsa merasakan perutnya sangat sakit. Beruntung suara nya masih bisa untuk memanggil Lala.

"La!! akhh, tolong."

Filsa terus merintih meminta tolong. Tangan nya terus saja memegangi perut nya. Dan berharap semoga Lala cepat datang.

"LALA, TO-longh aku." Teriakan itu melemah ketika tenaga nya hanya tersisa sedikit.

'Sial, dia tidur atau simulasi di alam kubur' Batin Filsa.

Ceklek.

Mata Lala melotot mendapati Filsa yang tengah meringkuk memegangi perut nya di lantai. Langsung saja ia Lala membantunya untuk berdiri dan segera memapah nya menuju parkiran untuk pergi ke rumah sakit.

Karena Lala tidak tau menau tentang sakit yang di derita Filsa, jadi langsung saja ia membawa Filsa ke sana.

Di perjalanan Filsa terus saja merintih tak ada henti nya.

"Shh, La perut gue sakit La."

Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di rumah sakit. Dan langsung saja Filsa di bawa ke ruang pemeriksaan.

Lala mengotak atik handphone nya untuk mengabari keluarga Filsa langsung.

Dia terus ngescroll kontak nya mencari nama Bunda Filsa. Setelah menemukannya baru Lala menelepon nomor itu. Dan beruntung Bunda Filsa mengenali nya.

"Eh, bukannya keluarga Filsa di Malaysia? tapi tadi Bunda nya bilang tunggu aja dua puluh menitan mereka baru sampai." Monolog nya di depan ruang pemeriksaan.

Sudah kelewat sepuluh menit lama nya tapi pintu itu masih saja tertutup rapat. Karena pagi ini begitu menyibukkan seorang Lala jadi dia meminta izin untuk tidak masuk sekolah terlebih dahulu. Tak lupa juga mengizin kan Filsa.

Lala mondar mandir di depan pintu dengan raut khawatir dan cemas. Banyak orang menatap gadis itu karena dia sendiri yang sedang memakai piama berwarna pink itu.

Ceklek.

Seorang dokter keluarga dari ruangan dengan membenarkan kacamata nya, kemudian menatap Lala.

"Apakah anda keluarga pasien?"

"Anu, saya teman nya dok keluarga nya masih dalam perjalanan." Dokter itu mengangguk kemudian menjelaskan tentang penyakit Filsa.

Lala cukup terkejut kerena penjelasan dokter itu yang mengungkapkan bahwa Filsa telah meminum obat penggugur kandungan.

"Tapi dok teman saya tidak mengkonsumsi itu, bahkan dia menjaga nya sebaik mungkin."

"Mungkin saja, seseorang telah mencampur kan obat itu kedalam makanan yang telah pasien makan lalu membuat salah satu janin nya melemah dan harus melakukan oprasi sekarang juga. Jika tidak maka bisa mempengaruhi kondisi janin satu nya lagi beserta Ibu nya, apalagi saya lihat usia pasien masih tergolong muda. Dan juga kondisinya yang lemah juga membuat ini menjadi lebih rumit." Penjelasan dokter itu membuat Lala bingung.

Dan di situasi beginilah yang membuat Lala panik tak karuan. Ia bingung harus memutuskan apa karena dirinya tak berhak memberi perintah.

"Lakukan yang terbaik untuk keselamatan putri saya dok!"

Lala dan dokter itu menoleh, menatap tiga orang yang baru datang dengan ngos-ngosan.

"Tante, om."

Dokter itu mulai paham bahwa yang datang adalah keluarga pasien nya. "Baik, akan saya lakukan sebisa mungkin."

Kemudia dokter itu kembali ke dalam dan mempersiapkan Filsa untuk di oprasi. Setelah siap mereka pun membawa Filaa ke ruang oprasi.

Rina selaku Bunda Filsa menatap brankar yang di atas nya ada putri nya dengan wajah pucat pun langsung menangis. Begitupun dengan Aldo, dia juga merasa sedih tapi tak sampai menangis, mungkin.

FARHAN AFIF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang