D U A P U L U H T I G A

615 13 0
                                        

Filsa mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Saat dia sudah di sampai apartemen, dia segera keluar dan mencari apartemen milik Fiza.

Dia bergegas untuk masuk. Saat sudah sampai di depan apartemen milik Fiza, dia di buat heran dengan pintu yang terbuka lebar.

Tanpa berpikir panjang dia langsung masuk. "Darah" Gumamnya dengan menelisik setiap sudut apartemen itu.

Pikirannya tertuju pada kamar milik Fiza. Dia membuka knop pintu itu, namun, sepertinya pintunya terkunci dari dalam.

"Hadehh, ribet" Helaan napas terdengar mulut nya.

Dia memikirkan cara agar pintu itu bisa terbuka. Di apartemen milik Fiza ini tidak ada kunci cadangan. Hingga suatu ide muncul di benak nya, dia memikirkan cara untuk mendobrak pintu itu.

Satu dobrak an belum berhasil hingga dobrak an ke dua...

Brak!!

Filsa melihat seseorang talah membawa pisau di tangannya. Dia segera menuju ke tempat Fiza namun tubuh tegap laki-laki itu memberhentikan nya.

Dia sedikit melirik laki-laki itu hingga, dia menendang aset berharga milik laki-laki itu. Laki-laki itu menggeram kesakitan sambil memegangi miliknya.

"ARGHHH, SIAL!!"

Saat sudah mendapatkan jalan Filsa langsung mendekat ke Fiza. Tanpa babibu dia membantu Fiza untuk keluar.

"Mau kemana lo anj*ng" Teriak orang itu namun sama sekali tidak di gubris oleh keduanya.

Laki-laki itu menodongkan pistol ke arah Filsa. Namun, perempuan itu tidak tau.

Dor!

"AKHH"

Filsa memegangi bahu nya yang terkena tembakan itu. Dia menahan sakit nya. Untung saja tadi Farhan datang tepat waktu dan sedikit mendorong tubuh Filsa kesamping, ya walaupun bahu nya terkena tembakan.

"Sa kamu keluar aku urus cowok itu" Ucap Farhan dan di angguki oleh Filsa.

Tak hanya Farhan saja yang datang. Namun, Kennan juga datang bersama Farhan. Saat Kennan mengikuti Farhan, Farhan menghentikannya.

"Lo bantu mereka, biar dia gue urus" Titah nya.

Kennan menyetujui nya dan segera berbalik dan berlari kecil ke arah Filsa. Kennan langsung menggendong Fiza saat sudah sampai di hadapan Filsa.

Filsa sama sekali tak memperdulikan itu, dia bersyukur karena ada yang mau membantu nya. Dia mengikuti Kennan di belakang, dan saat tiba di mobil nya dia masuk terlebih dahulu.

"Mana kunci nya?" Tanya Kennan dan langsung mendapatkan nya. Kennan mengemudikan mobi menuju ke Rumah Sakit Pelita dengan kecepatan yang agak cepat.

Saat sudah sampai Kennan buru-buru membawa Fiza keluar dari mobil. Sedangkan Filsa keluar terlebih dahulu dan membawakan brankar kosong kepada Kennan, Kennan segera menidurkan Fiza di brankar itu.

"Ken, lo duluan aja" Ucap Filsa. Namun, Kennan malah menarik tangan nya dan mengajak nya masuk.

Setelah Fiza di bawa ke ruang ICU, Filsa segera mengobati bahu nya itu. Dia berpapasan dengan dokter Reynand, Filsa meminta bantuan agar ddokter muda itu membantunya.

"Kak Rey, bantu Filsa ngobatin bahu Filsa mau?" Tanya Filsa

Reynand melirik sebentar bahu Filsa, disana banyak darah yang menembus baju nya.

"Yaudah bentar, saya mau ambil obat nya dulu" Dokter itu pergi meninggalkan Filsa. Selang beberapa menit dia kembali lagi dengan benda-benda pengobatan yang ia butuhkan.

"Ayo masuk" Ajak dokter Reynand dan Filsa mengikutinya.

"Ishh kak cepetan ini bahu Filsa sakit" Rengek Filsa kepada dokter Reynand.

"Sabar Sa, pasien gue juga banyak" Ucap dokter Reynand yang mulai mengobati luka Filsa.

"PELAN-PELAN DONG REYY!" pekik Filsa karena dokter Reynand terlalu menekan luka yang terkena tembakan tadi.

"Lo ga di obatin ngomel di obatin tambah ngomel" Cibir dokter Reynand karena merasa kesal akan tingkah Filsa.

Filsa yang mendengar itu hanya menghela napas kasar. Memang benar saat dia hamil dia sering tidak bisa mengontrol emosi nya.

"Andai aja lo ga di jodohin sama Farhan, pasti udah gue jadiin istri" Gumam dokter Reynand tepat di samping telinga Filsa.

"Nunggu Filsa jadi janda aja" Ucap Filsa di iringi ringisan kecil yang keluar dari mulutnya.

"Ga mau nanti pas lo jadi ja--"

Ceklek...

"Ya Allah Filsa!!, gimana keadaan kamu sayang?" Tanya seorang paruh baya yang baru masuk ke dalam ruangan.

"Eh mama, Filsa baik-baik aja kok" Jawab Filsa yang melihat mama mertuanya ada di ruangan nya.

Mama Fannya mendekati Filsa dan duduk di sebelahnya. Mama Fannya menatap Filsa prihatin.

"Besok-besok lebih hati-hati lagi ya sayang, kamu harusnya juga ingat akan kandungan mu" Tutur Mama Fannya lembut.

Filsa menatap Mama mertuanya kemudian mengangguk dan tersenyum kecil.

Di sini Mama Fannya tidak melihat putra semata wayangnya itu, yang dia lihat hanya dokter muda yang masih memberi perban di luka Filsa.

"Nak,dimana Farhan?" Tanya Mama Fannya dengan nada khawatir.

Filsa yang melihat mertuanya khawatir, untuk menjawabnya dia nampak berpikir sebentar. "Ah, itu Ma Farhan lagi ngurus sedikit kerusuhan di apartemen Fiza" Jawab Filsa dan membuat Mama Fannya sedikit lega.

"Ada apa di apartemen Fiza?" Tanya Mama Fannya.

"Sa ini udah selesai, udah gue obati semuanya. Dan Alhamdulillah luka nya gak terlalu parah" Ucap dokter Reynand yang menghentikan percakapan antara menantu dan mertua.

"Oh iya, makasih ya kak" Filsa menatap Reynand dan tersenyum tipis.

"Sama-sama, kalo begitu saya pamit dulu tante" Dokter itu sedikit menundukkan kepalanya lalu keluar dari ruangan Filsa.

Setelah kepergian Reynand, handphone Filsa berbunyi. Filsa segera mengangkat panggilan dari Farhan. Di telepon Farhan hanya bertanya di mana Filsa berada, dan bagaimana keadaan Filsa.

"Farhan mau kesini nak?" Tanya Mama Fannya yang di balas anggukan oleh Filsa.

"Ma, Filsa pengen ketemu Fiza" Pinta Filsa kepada sang Mama mertuanya.

"Ayo, kita cek gimana keadannya" Ajak Mama Fannya yang menuruti kemauan menantunya.

Mama Fannya membantu Filsa untuk berdiri dan tetap merangkul nya dengan hati-hati. Setelah berada di depan ruang rawat Fiza, Mama mendudukkan Filsa di salah satu kursi dekat ruangan Fiza.

Mereka menunggu perawatan Fiza selesai, tak ada pembicaraan di antara menantu dan mertua itu. Hingga dokter keluar dari ruangan Fiza, yang membuat mereka berdua reflek berdiri.

"Dok teman saya gapapa kan dok?" Tanya Filsa dengan antusias.

"Alhamdulillah kalian membawa nya tepat waktu, jika tidak maka kandungan yang ada di dalam rahimnya bisa saja keguguran. Untuk Ibunya sendiri tidak apa-apa hanya butuh istirahat yang cukup, dan untuk menunggu luka-luka yang ada di tubuhnya sembuh" Jawab Dokter Elda selaku dokter yang merawat Fiza tadi.

Tapi, penjelasan Dokter Elda membuat Filsa dan Mama Fannya terkejut bukan main. Bagaimana bisa bahwa Fiza sedang hamil?, itu lah yang sedang mereka pikirkan.


.
.
.
.
.
.

Hai hai udah lma ga update author nya, xixixi

FARHAN AFIF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang