Pertemuan Zephyer dan Aurora ibarat melodi angin dan cahaya. Melodi angin yang mengalun lembut, bercampur cahaya matahari yang menari berirama. Keduanya bersatu, menciptakan simfoni alam yang indah.
Di antara tembok pemisah dan ketegangan yang memba...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LUKA🍓
Motor sport berwarna hitam datang mengalihkan pandangan penonton ia kira motor pembalap, ternyata dia adalah Zephyer. Ia melepas helmnya menuju Darren dan Elang.
"Tujuan kalian ajak Aurora kesini apa?" tanya Zephyer tajam kepada Darren dan Elang.
"Mampus si Ze tau," gumam Darren mulai takut.
"Aurora tadi yang maksa kita Ze," jawab Elang, ia takut dengan tatapan Zephyer.
"Kalian bilang nggak ada balap, selesai."
Terdengar sorakan tepuk tangan saat sebuah motor sport sampai di garis finish duluan. Pandangan Zephyer tertuju kepada jalanan dibelakang, tidak ada tanda-tanda dari Aurora disana.
Zephyer bergegas menyalakan motornya. Ia menyusuri jalan tempat balap, dengan kecepatan sedang.
***
Aurora memegangi perutnya yang terasa sakit, ia pun meremasnya begitu kuat, sampai baju yang ia kenakan menjadi lusuh. Aurora melihat telapak tangannya yang terdapat darah disana.
Aurora melihat perutnya yang ia yakini terkena benda tajam dengan luka lumayan dalam membuat darah sulit untuk berhenti. Ia pun memejamkan matanya, saat rasa perih di perutnya terasa ketika terkena dinginnya angin malam.
"Sakit."
Badannya pun terasa sakit karena, Aurora terjun bebas kedalam jurang. Ia menyalakan ponselnya, ia mencoba berdiri namun, baru 5 detik ia berdiri langsung ambruk lagi, sakit yang berada diperutnya sangat menyiksa dirinya.
***
Pandangan Zephyer tidak luput dari setiap sisi jalan untuk melihat keberadaan Aurora. Entah mengapa perasaan Zephyer saat ini sedang tidak enak, ia merasa Aurora sedang terjadi sesuatu.
Zephyer membelalakkan matanya saat melihat motor Aurora tergelempang di tepian jalan. Zephyer menghentikan motornya, ia berjalan menuju motor Aurora.
"AURORA," Zephyer berteriak memanggil nama Aurora.
Aurora mendoangak, ia mendengar sayup-sayup seseorang memanggil namanya. "AURORA." Panggilnya lagi.
"Tolong," Aurora berkata lirih.
"Gue disini." Aurora meremas perutnya kembali.
Zephyer mendengar suara Aurora dari bawah. Ia bergegas menuju bawah jurang itu dengan hati-hati. Terlihat cahaya senter ponsel membuat Zephyer memudahkan menemukan Aurora.