03. Makhluk immortal

1.7K 136 1
                                    

Ig: Pineapple _viiTiktok: Pineapple _vii________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ig: Pineapple _vii
Tiktok: Pineapple _vii
________________________

Disebuah ruangan besar nan luas tanpa adanya penerangan cahaya yang masuk, terlihat seorang lelaki terduduk dipinggiran kasur dengan tatapan tajamnya menghunus ke arah tembok ber cat hitam didepannya. Pikirannya tertuju pada gadis yang tidak sengaja bertatapan mata dengannya tadi siang, mereka memiliki warna rambut yang sama!

Lelaki itu perlahan menarik ujung bibirnya membentuk seringai, "Manusia hah?" desis nya seraya menutup matanya sejenak lalu membukanya kembali, memperlihatkan warna bola matanya yang semula hitam legam berganti menjadi dark blue dengan lingkaran kecil hitam ditengahnya.

Tatapan tajam itu tersirat akan sesuatu yang berbahaya juga rencana yang sudah ia susun dengan rapih di dalam otak liciknya.

Berbeda dengan ruangan gelap gulita tadi, di sebuah kamar yang seluruhnya di cat warna pastel dan berjejer banyaknya barang-barang lucu di setiap sudut ruangannya.

Di atas kasur king size bermotif awan itu, ada Annalise yang duduk dengan posisi menyilangkan kakinya seperti mau bersemedi.

Entah kenapa gadis itu tiba-tiba merasa gelisah dengan jantungnya berdebar kencang, seperti ia bisa merasakan perasaan seseorang entah siapa itu karena dapat dipastikan itu bukan perasan Annalise.

Sekarang gadis itu berada di dalam kamar Vivian, dengan si pemilik kamar masih berada di kamar mandi.

Kamar Vivian seperti duplikat kamar Annalise dulu, hanya saja semua barang disini lebih canggih dan tidak ada banyak tombol karena saat si pemilik kamar masuk maka lampu akan menyala dengan otomatis, dan jika mau dimatikan tinggal jentikan jari saja, sama seperti pendingin ruangan yang langsung menyala dengan menyesuaikan suhu si pemilik kamar.

Berbicara tentang orang tua Vivian, ternyata mereka belum pulang dari urusan pekerjaan, mereka berdua adalah salah satu orang yang membuat inovasi modern di dunia ini. Maka sebagian waktu mereka akan dihabiskan di istana kerajaan, dan waktu libur mereka hanya di akhir bulan selama enam hari. Itu yang dikatakan Vivian tadi.

Sedangkan rumah Vivian ternyata sama seperti apartemen mewah di dunianya, dimana itu ada di satu gedung pencakar langit dan setiap unit kamarnya memiliki ruangan yang sangat luas.

Bahkan didalam unitnya memiliki dua lantai, persis seperti apartemen mewah di dunia Annalise.

Annalise yang merasakan bosan akhirnya mencoba merebahkan dirinya ke kasur empuk milik Vivian. Memeluk boneka Vivan yang memiliki ukuran setengah dari tubuh Annalise.

Menatap pada langit-langit kamar dengan pandangan yang sulit di artikan, "Sepertinya tinggal disini untuk sementara waktu tidak buruk juga, aku bisa menganggap ini sebagai liburan sebelum menemukan cara buat keluar dari dunia ini," gumam Annalise pelan.

"Kamu mau membersihkan dirimu Annalise?" tanya Vivian membuat Annalise langsung menolehkan kepalanya kesamping menatap Vivian yang terlihat lebih segar.

"Mau, tapi aku tidak punya pakaian lagi selain yang ku pakai ini," balas Annalise sambil menunjuk piyama tidurnya.

"Di walk in closet nanti kau buka lemari yang berwarna putih, disana sudah ku siapkan beberapa pakaian untukmu dan kau bebas memilih yang kau suka," jelas Vivian membuat Annalise langsung turun dari kasur dan tersenyum cerah menghadap Vivian.

"Baiklah, terima kasih Vivian," ucap Annalise tersenyum lebar, membuat Vivian geleng-geleng kepala melihat sikap yang baru ia lihat dari sosok sahabat barunya itu.

Vivian menarik kerah baju belakang Annalise agar tidak masuk ke kamar mandi dulu, "Kau mau makan apa? Biar aku siapkan," tanya Vivian membuat Annalise berpikir sejenak lalu berujar.

"Terserah kau saja."

"Aku biasanya makan daging kelinci, kau mau coba?" tawarnya sekali lagi.

"Aishh, lepaskan dulu tarikan mu aku tercekik ini!" pekik Annalise sambil bergerak brutal melepaskan tarikan tangan Vivian pada kerah bajunya.

Vivian yang melihat itu terkekeh geli, "Maaf-maaf," ucapnya lalu mengangkat tangannya ke udara.

Setelah terlepas, Annalise berbalik menghadap Vivian, "Boleh saja, memangnya daging itu mau kau apakan?" tanyanya sambil berkacak pinggang.

"Cuman aku bersihkan, lalu ku beri sedikit garam setelah itu ku makan deh," jawab Vivian santai.

Glek

Tangannya yang tadi bertengger di pinggang langsung melemas. Ia sungguh tidak bisa berkata-kata lagi.

Dengan ragu Annalise bertanya, "Ka-kau makan daging mentah?" berharap Vivian menjawab tidak.

Vivian mengangguk dua kali, "Ya," balasnya dengan raut wajah santai.

"Memangnya kau makan apa selama ini hah jika bukan daging mentah? itu kan memang makanan makhluk immortal."

Vivian berucap sangat santai tanpa melihat perubahan raut wajah Annalise.

Demi apapun, badan Annalise seketika melemas dan rasanya ngin jatuh kelantai.

Glek

Ia menelan saliva nya dengan susah payah.

"Aku akan bersih-bersih dulu Vivian, dan aku tidak lapar. Kau saja yang makan!" sahut Annalise cepat lalu sedikit berlari masuk ke kamar mandi tanpa mendengar jawaban Vivian selanjutnya.

"Kenapa sikapnya jadi aneh begitu?" gumam Vivian bertanya-tanya sambil menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat.

Gadis itu sedikit menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Masa karena daging kelinci? apa dia tidak suka dengan daging kelinci ya," ucapnya pada diri sendiri.

Sedangkan di balik pintu kamar mandi itu, Annalise menyenderkan punggungnya pada pintu setelah menguncinya rapat.

Gadis itu memegang dadanya yang berdebar kencang, "jadi Vivian selama ini bukanlah manusia? Tapi makhluk immortal!" pekik Annalise pelan.

Pikiran-pikiran negatif mulai bermunculan di kepalanya, "Apa dia sejenis iblis atau seorang kanibal?"

"Apa dia monster? Atau penyihir yang ada di cerita dongeng yang pernah aku baca waktu kecil," ucapnya lagi.

"Haishh! ini sangat membingungkan, kenapa juga aku harus masuk kedalam dunia antah berantah ini!" serunya kesal, ingin sekali membenturkan kepalanya ke pintu.

"Secepatnya aku harus menemukan cara untuk keluar dari dunia ini," ucap Annalise dengan degup jantung yang masih menggila.

Ia mulai mengembuskan nafasnya perlahan, karena merasa lebih sedikit tenang, "Lebih baik aku berendam sebentar, lalu setelahnya menyusun rencana untuk keluar dari dunia ini."

Annalise perlahan mulai melihat ke sekitar kamar mandi Vivian, dan gadis itu baru menyadari kalau kamar mandi milik Vivian cukup luas dengan temboknya berwarna baby blue.

Tanpa mau mengagumi nya lebih lama lagi Annalise memilih untuk langsung berendam di bathtub setelah mengisinya dengan air hangat dan wewangian.

Bye see you next chapter👋🏻
Kalau ada typo tandain yaa,
Thanks
_____________________________

Annalise and The UnderworldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang