■ ■ ■ ■
"Zi, ayo turun sarapan udah mau mulai" ajak seorang wanita paruh baya setelah mengetok pintu ruangan yang menjadi kamar seorang remaja 16 tahun.
"Iya, sebentar lagi"
"Mama ke bawah dulu ya, jangan lama lama nanti telat" yang di dalam mengangguk walaupun dia yakin jikalau sang ibu tidak bisa melihatnya menganggukan kepala.
Elvian menuruni tangga dengan tas punggung yang tersampir hanya di satu bahunya. Sesampainya di meja makan, dia bisa melihat 3 orang pria dan satu wanita yang tengah menyiapkan makanan.
"Pagi" ucap Elvian mendudukkan diri di kursi yang biasa ia duduki, tepat disamping anak pertama keluarga itu.
"Pagi Zi, duduk gih mama ambilin sarapan" ucap seorang wanita paruh baya dengan senyuman tipisnya.
Elvian? Zi? ya, nama remaja itu Elvian Ziya Abiyyu. Setelah bertahun-tahun memendam rasa penasaran akan nama tengahnya yang seperti perempuan, dan alasan keluarganya memanggil dirinya dengan nama tengah, kini sudah terjawab.
Namun selama ini dia tidak punya niatan untuk menanyakan fakta yang ia dengar beberapa bulan lalu kepada orang yang bersangkutan.
"Pagi kak" sapa seorang anak laki laki yang usianya tidak jauh berbeda dengan Elvian, Rio namanya. Anak bungsu keluarga ini yang memiliki selisih usia 3 tahun dengan Elvian.
Elvian mengangguk dengan senyum tipis khasnya. Sementara dua pria lainnya hanya memperhatikan interaksi mereka tanpa ada niat untuk ikut begabung.
Salah satu dari kedua pria itu diam diam memikirkan tentang perubahan adiknya, anak itu memang pendiam. Tetapi dia merasa sejak beberapa bulan terakhir Elvian menjadi lebih pendiam dibandingkan sebelumnya.
"Besok akhir pekan jangan pergi Zi" ucap sang kepala keluarga tiba tiba, mereka menghentikan aktivitas untuk mendengarkan ucapan itu.
Elvian mengangguk karena merasa David, sang kepala keluarga bebicara dengannya.
"Oiya, besok minggu kan kakak ulang tahun!" sahut Rio tiba tiba. Elvian yang mendengar itu sempat menghentikan mulutnya yang tengah mengunyah nasi.
Elvian kembali teringat dengan apa yang ia dengar beberapa bulan silam. Ah ternyata beberapa hari lagi dia akan genap berusia 16 tahun, apakah ini saatnya?
"Zi? kenapa?" heran Zella selaku ibu rumah tangga di kediaman ini.
Elvian memaksakan senyum, "tidak" jawabnya kembali memasukan nasi ke mulutnya dengan pikiran yang masih memikirkan hal yang selama ini dia pikirkan.
Anak sulung keluarga ini, Farel memperhatikan Elvian lewat sudut matanya. "Nanti berangkat bareng abang" ucap Farel yang langsung di jawab gelengan oleh yang diajak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
El-Vian [END]
RandomApa bedanya mengikhlaskan dan pasrah? Ketika kita mengikhlaskan suatu hal, sebenarnya itu adalah kemenangan yang paling memuaskan hati. Jika pasrah? mari kita cari tau hal itu bersama. Elvian, sosok remaja yang baru mengetahui asal usulnya setela...