■ ■ ■ ■
Entah sudah beberapa kali matahari bertukar posisi dengan bulan, pagi ini akhirnya Elvian bisa merasa lega. Beberapa kekhawatirannya mulai hilang satu persatu. Beberapa kali dia mengedipkan mata hanya untuk sekedar memastikan apa yang kini dialaminya.
Beberapa hari belakangan dia memang sudah merasa lebih baik dari sebelumnya, tetapi menyadari bahwa indera pengelihatan nya hari ini sudah kembali normal membuatnya tidak bisa menahan untuk tidak bersyukur.
Akhirnya setelah beberapa hari dia bisa melihat tubuhnya sendiri dengan jelas. Dia bisa melihat ruangan yang ditempatinya saat ini, tidak jauh beda dari bayangnya sebenarnya, tetapi melihat tanpa ada gangguan seperti ini membuatnya berkali kali lebih bahagia.
Jujur saja sekarang dia tidak sabar untuk melihat wajah orang orang yang beberapa hari ini ada di sisinya, terutama orang yang nengaku sebagai saudara kembar sang bunda. Apakah wajah mereka mirip? ataukah?
Entahlah, kesampingkan hal itu sebentar. Elvian mulai menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Dia menggerakan tubuhnya untuk setengah bersandar pada sandaran kasur. Senyuman tipis tercetak di wajahnya saat melihat kedua kakinya yang masih dipasangi gips.
Dia tau setidaknya akan memerlukan waktu yang lama untuk pemilihan kakinya. Lengan kanannya juga masih dipasangi perban elastis membuatnya tiba tiba memandang sendu. Jadi ini keadannya selama beberapa hari ini? pantas saja badannya terasa sakit semua.
Jujur saja rasanya ia harus berterimakasih kepada orang orang yang ada di rumah ini. Entah apa yang akan terjadi jika mereka tidak ada, Elvian paham akan kondisinya, dia tau bahwa untuk saat ini dia tidak akan bisa melakukan apa apa sendiri.
Banyak luka goresan yang sudah hampir mengering di beberapa bagian tubuhnya, "ini sakit" batin Elvian menatap luka di siku kirinya. Hanya memandangnya saja sudah membuat Elvian merasa ngilu denga luka yang tidak bisa dibilang kecil itu.
Dia tau bahwasanya walaupun luka luar, tetapi jika itu di persediaan akan memerlukan waktu yang lebih lama daripada luka lainnya untuk pulih. Tetapi jujur saja dia masih merasa bersyukur dia hanya mendapat luka luka itu.
Kecelakaan itu memang takdir tuhan, jika tuhan berkehendak entah apa yang akan terjadi pada anak itu saat ini. Tiba tiba dia teringat akan kondisi Ziya. Melihat dari posisi gadis itu saat kecelakaan membuatnya berasumsi bahwa gadis itu pasti memiliki luka yang lebih banyak daripada dirinya.
Lamunannya harus terhenti saat ada seorang pria yang membuka pintu ruangan yang mungkin bisa disebut kamar Elvian dengan membawa nampan makanan yang menjadi sarapan Elvian pagi ini.
Deva menatap kaget kearah Elvian yang juga tengah menatapnya, selanjutnya dia tersenyum teduh berjalan mendekat untuk meletakan nampan yang dibawanya.
"Sesuai perkiraan bukan? jika gatal jangan dikucek dulu ya" ucapnya bahagia. Elvian menganggukkan kepala saat Deva memeriksa matanya. Kemarin sore saat melepaskan infus yang ada di tangan Elvian, Deva memang mengatakan jika mata Elvian sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
El-Vian [END]
RandomApa bedanya mengikhlaskan dan pasrah? Ketika kita mengikhlaskan suatu hal, sebenarnya itu adalah kemenangan yang paling memuaskan hati. Jika pasrah? mari kita cari tau hal itu bersama. Elvian, sosok remaja yang baru mengetahui asal usulnya setela...