"Tuhan maha membolak-balikan hati manusia"
■ ■ ■ ■
Entah sudah berapa minggu berlalu, kondisi kaki Elvian jauh lebih baik dari sebelumnya. Kini dia benar-benar bisa beraktifitas tanpa bantuan kursi roda. Ya walaupun dia masih bergantung dengan kruk untuk berjalan.
Sebelumnya, hampir 3 atau 4 hari sekali, ayah dan kedua saudaranya bergantian berkunjung untuk mengajak Elvian berkomunikasi. Satu minggu yang lalu, pertama kalinya Elvian merespon ucapan mereka membuat ketiganya semakin gencar melakukan usahanya.
Melihat lampu hijau samar itu membuat mereka semakin bersemangat. Tidak ada hari tanpa absen mereka selalu datang ke kediaman Galen hanya sekedar untuk menemui atau mencoba mengajak Elvian untuk berkomunikasi.
Bukannya berharap, hanya saja ini sudah sore dan ketiganya belum ada yang menemuinya. Terasa aneh meningat mereka selalu datang beegantian sejak saat itu. Apa terjadi sesuatu?
Langit yang kebetulan cerah, ditambah semilir angin karena Elvian duduk di bawah pohon yang ada di taman belakang, membuatnya memejamkan mata. Ada perasaan sesak dan hangat saat mereka datang menemuinya dengan senyuman.
Ada perasaan aneh ketika mengingat fakta bahwa hari ini dia belum menemui salah satu dari ketiganya.
"Ah, apa itu mereka?" batin Elvian kala mendengar langkah kaki mendekat. Rasa kecewanya masih ada, namun entah kenapa akhir akhir ini dia selalu menantikan kehadiran mereka.
"Elvian?" ucapan lembut dan terdengar asing itu membuat Elvian membuka matanya. Menatap seorang wanita cantik dengan dress selutut yang memberinya kesan elegan dan manis secara bersamaan.
Siapa? kira kira begitulah yang bisa wanita itu baca dari raut wajah Elvian saat ini. "Kamu lebih manis dilihat secara langsung" ucapnya ikut mendudukan diri di samping Elvian.
Dalam hati Elvian terus merapalkan pertanyaan tentang siapa orang itu, kenapa dia tau namanya? kenapa orang itu ada di sini?
Elvian menegakkan badannya, mencoba mencari posisi yang sesuai untuk berbicara. Mencoba menerawang dalan ingatannya, mamun nihil dia belum pernah melihat wanita berambut coklat yang memiliki bola mata berwarna almond itu.
Dia yang pada dasarnya sulit melakukan komunikasi, apalagi kepada orang baru hanya terdiam menatap bagaimana wanita di sampingnya itu tersenyum manis menatapnya.
Wanita tadi terkekeh, "Maafkan kakak baru menemuimu, nama kakak Keisya" ucap Keisya mengulurkan tangannya dengan maksud berkenalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
El-Vian [END]
RastgeleApa bedanya mengikhlaskan dan pasrah? Ketika kita mengikhlaskan suatu hal, sebenarnya itu adalah kemenangan yang paling memuaskan hati. Jika pasrah? mari kita cari tau hal itu bersama. Elvian, sosok remaja yang baru mengetahui asal usulnya setela...