■ ■ ■ ■
"Kenapa?" tanya Nathan kepada Elvian karena sedari tadi merasa Elvian hendak mengungkapkan sesuatu. Meja makan yang awalnya hanya ada keheningan kini tak lagi hening karena suara Nathan.
"Ini senin"
"Lalu?"
"Sekolahku?" Nathan dan Rafa tersadar, iya juga. Semalam memang Elvian tidak membawa apa apa selain membawa badannya. Berarti semua barang barangnya masih berada di kediaman David dan Zella.
"Ingin mengambilnya?" kini giliran Rafa yang bertanya, Elvian diam sejenak. Di liriknya Rian yang tidak memiliki keinginan untuk bergabung dalam pembicaraan.
Namun dia salah, Rian sadar jika Elvian meliriknya untuk meminta jawaban, "Jangan hari ini, mungkin Ziya sedang bahagia dan melepas rindu bersama mereka. Jika masalah pakaian kamu nanti kamu bisa membeli yang baru" Elvian mengangguk.
Dia tidak mempermasalahkan tentang Rian yang memang memprioritaskan kebahagiaan Ziya disana. "Jadi hari ini?"
"Berdiam dirilah dirumah, atau keluar main bersama temanmu" Elvian ingin membatin, Rian ini bodoh atau bagaimana, teman? bukankah jika Elvian punya teman mereka akan sekolah di hari Senin ini? tetapi Elvian memilih menganggukan kepalanya.
Dia sedang membayangkan mungkin Ziya saat ini sedang melepas rindu bersama orang orang di keluarga itu. Sempat terbesit rasa iri di hatinya saat sadar Ziya mendapatkan kasih sayang utuh dari 2 keluarga, namun dia menepis pikiran itu.
"Temanmu pasti sekolah, ingin ikut denganku?" tawar Rafa yang paham situasi, disini Rian merutuki ucapannya, iya juga ini Senin.
"Kemana?"
"Ke kampus" Elvian berpikir sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak" tolaknya karena dia takut seperti orang hilang disana.
Rafa mengangguk, berpamitan dengan orang yang ada disana, diikuti Nathan yang juga pergi karena ada meeting yang sudah terjadwal. Menyisakan 2 lelaki berbeda usia yang masih menyantap makanan mereka.
Ralat, hanya Rian sebenarnya. Karena makanan Elvian sudah habis. "Ambillah lagi jika kamu mau" ucap Rian menyadari Elvian masih menatap makanan yang ada di meja makan.
Rian sebenarnya merasa canggung sekarang, melihat bekas tamparanya di pipi Elvian membuatnya teringat akan apa yang terjadi tadi malam. Namun kenapa Elvian nampak biasa saja?
Gelengan kepala Elvian tunjukkan sebagai jawaban. "Apa aku boleh kembali naik?" pintanya ragu. Rian mengangkat satu alisnya, apa Elvian tengah meminta izin untuk meninggalkan meja makan? kenapa harus izin?
KAMU SEDANG MEMBACA
El-Vian [END]
RandomApa bedanya mengikhlaskan dan pasrah? Ketika kita mengikhlaskan suatu hal, sebenarnya itu adalah kemenangan yang paling memuaskan hati. Jika pasrah? mari kita cari tau hal itu bersama. Elvian, sosok remaja yang baru mengetahui asal usulnya setela...