■ ■ ■ ■
Elvian memandangi tiga kartu yang kini ada di tangannya dengan perasaan aneh.
Salah satu kartu yang berwarna biru, kartu yang ditujunya dua belas bulan yang lalu. Saat itu dirinya benar benar bisa berharap agar secepatnya mendapatkan kartu itu agar bisa lepas dari dua keluarga itu.
Lambat laun dirinya memikirkan hal itu, sudah 12 bulan berlalu. Seperti dia tidak perlu melanjutkan niatnya sebelumnya. Hari kelulusan sudah hampir tiba, dirinya juga sudah mengikuti ujian akhir sebagai salah satu syarat kelulusan.
Niat awalnya yang hendak pergi jauh dari dua keluarga itu saat dirinya sudah berusia 17 tahun entah kenapa lambat laun pupus terkikis oleh waktu.
Dia sedikit tersenyum tipis dan memasukan kartu itu ke dompetnya, "sepertinya memang tidak perlu" batinnya dengan maksud yang sama seperti sebelumnya.
Selanjutnya ditatap nya dua kartu putih lainnya, huruf C dan A terlihat begitu mencolok diantara huruf lainnya. Walaupun dua kartu itu hasil menyuap, tetapi dirinya bangga.
Hehe.
"Nah, kapan mau belajar mobil? gampang kok" ucap Rian kala melihat anak bungsunya terus terusan memandang SIM itu dengan tatapannya yang nampak dalam.
Elvian jadi teringat kado mobil yang Rian berikan sebelumnya, memang belum sempat tersentuh sama sekali mengingat dirinya belum bisa mengendarai kendaraan itu.
Juur saja Elvian belum tertarik mengendarai kendaraan itu, tetapi tetap saja dirinya juga penasaran. Awalnya dia hanya ingin membuat SIM C demi kelancarannya menaiki motor sehari hari.
Tetapi Rian nengatakan untuk membuat sim A sekalian, Elvian hanya menurut karena semuanya sudah di urus oleh sang ayah dengan begitu mudahnya.
"Kalau ayah senggang aku mau? " jawab Elvian dengan nada bertanya seolah ragu membuat Rian tersenyum, sudah lebih dari satu minggu mobil itu berdiam diri di garasi. Sepertinya sebentar lagi akan keluar dari sana.
"Nathan atau Rafa juga bisa mengajarkanmu" Elvian baru teringat, iya juga.
"Kalau begitu jika kalian senggang" ralatnya.
Rian tersenyum menanggapi, "Untuk anak ayah apa sih yang tidak" ucapnya sedikit mengusak surai sang anak. Diam diam Elvian tersipu, namun dia masih bisa menutupinya.
"Sekarang mau?" Elvian langsung menoleh, "jangan! deg degan. Beri aku waktu" tolaknya tegas.
"Besok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
El-Vian [END]
RandomApa bedanya mengikhlaskan dan pasrah? Ketika kita mengikhlaskan suatu hal, sebenarnya itu adalah kemenangan yang paling memuaskan hati. Jika pasrah? mari kita cari tau hal itu bersama. Elvian, sosok remaja yang baru mengetahui asal usulnya setela...