Kali ini beneran, dari 1-10 aku ngasi angka 11 untuk tidak dibaca waktu kalian puasa🤩
■ ■ ■ ■
Mata yang awalnya terpejam kini perlahan mulai terbuka bersamaan dengan adanya kerutan di kening pemuda itu. Mata itu masih mengerjab pelan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk dalam lingkup pengelihatannya.
Walaupun pandangannya belum sejelas sebelumnya, Elvian tidak bodoh untuk tidak mengetahui bahwa saat ini dirinya tengah berada di bankar rumah sakit. Bau khas obat obatan langsung masuk kedalam indra penciumannya begitu kesadarannya kembali.
Tenggorokannya terasa tercekat tak mampu mengeluarkan suara lantaran tenggorokan itu yang terasa begitu kering menyiksa. Bagian tubuhnya masih terasa sakit bahkan hanya untuk memalingkan wajah berusaha mencari ketersediaan air yang ada disana.
Di tengah usahanya menahan rasa sakit hanya untuk mencari sumber air itu, suara decitan pintu yang menandakan pintu itu terbuka berhasil merebut atensi Elvian dalam sekejab mata.
Dia bisa mengetahui bahwa ada seseorang yang ia yakini dokter atau suster entahlah yang jelas orang itu menggunakan atasan putih datang tergesa gesa menghampirinya, Elvian beberapa kali menyipitkan matanya berusaha memfokuskan pandangan untuk melihat apa sesuatu yang ada di sekitar.
Setelah melihat Elvian yang menggerakan badannya sosok tadi yang awalnya hendak mengecek keadaan pasien itu segera mendekat dengan terburu buru. Melihat sang pasien yang nampaknya membutuhkan air, dia segera mengambil gelas di atas nakas dan mencba memberikannya pada sang empu.
"Pelan pelan saja, saya sudah panggil dokter untuk mengecek kondisi anda" ucap sang perawat mencoba memberikan air sedikit demi sedikit pada Elvian yang masih nampak lemah, sekarang Elvian tau bahwasanya orang yang ada di dekatnya adalah seorang wanita.
Tak lama kemudian, sosok yang ditunggu tunggu datang dengan tergesa setelah perawat tadi menekan tombol yang ada di atas bankar Elvian. Elvian lagi lagi menyipitkan matanya berusaha menangkap objek disekitarnya dengan jelas, namun sampai saat ini usahanya belum membuahkan hasil.
Dokter tadi mendekat untuk memastikan sesuatu, "Hallo Elvian? bisa mendengar suara saya?" yang ditanya menganggukan kepala walaupun tidak terlihat jelas, namun dua orang yang ada disana bisa menyadari hal itu.
"Syukurlah kamu sudah bangun" ucap sang dokter lagi.
"Dari satu sampai 10 berapa rasa sakit yang sekarang kamu rasakan" Elvian nampak diam sejenak untuk mengkonversikan rasa sakitnya dalam bentuk angka, "tujuh" ucapnya nyaris tidak terdengar.
Dia merasa sakit terutama dibagian kaki, pinggang dan lengan sebelah kanan, jangan lupakan pening di kepalanya yang tak kunjung mereda. Melihat Elvian yang nampak beberapa kali mengerutkan keningnya menahan sakit, sang dokter berucap kembali, "Kepalamu masih sakit?" lagi lagi Elvian hanya menganggukan kepalanya tanpa menghentikan kegiatannya sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
El-Vian [END]
RandomApa bedanya mengikhlaskan dan pasrah? Ketika kita mengikhlaskan suatu hal, sebenarnya itu adalah kemenangan yang paling memuaskan hati. Jika pasrah? mari kita cari tau hal itu bersama. Elvian, sosok remaja yang baru mengetahui asal usulnya setela...