■ ■ ■ ■
Elvian hanya duduk diam memperhatikan seorang gadis yang sedang mengantri untuk membeli makanan di kantin.
Sebenarnya bukan maksudnya untuk meminta Ziya membelikan makanan untuknya, hanya saja gadis yang sudah tau tabiat Elvian yang terlalu malas itu memilih untuk mengajukan diri.
"Boleh kita duduk disini?"
"Meja lain sudah penuh" belum sempat Elvian menjawab tuturan sebelumnya, orang yang lain mulai berbicara juga.
Elvian mendongak menatap 3 remaja yang dikenalinya, meja ini memang muat untuk 6 orang, dan sementara tadi hanya ditempatinya dan Ziya dan satu siswi lainnya.
Elvian melirik Ziya yang masih mengantri, kemudian menatap 3 remaja itu dan menganggukan kepalanya, dapat dia lihat pula mereka sudah membawa makanan yang akan mereka makan.
"Syukurlah, terimakasih" ucap salah satu orang itu mendudukkan diri disaana.
"Udah gue bilang, lain kali cari tempat duduk dulu baru pesen makan. Ngeyel sih" ucap salah satu orang lainnya yang ikut mendudukkan diri pula.
"Yaudah sih, kan biasanya Arka yang bakal pilih tempat. Salahin dia kan ga dateng"
"Udahlah, lagian sekarang juga udah duduk. Maaf ya El, mereka memang agak brisik"
Yang diajak bicara langsung menganggukkan kepalanya, 2 tahun satu kelas bersama mereka walaupun terkesan tidak peduli tetapi dia masih sedikit tau tentang tabiat teman temannya.
"Tumben sendiri? gak sama Ziya?" tanya Galang, orang yang meminta izin pertama kali.
"Lagi pesen makan" jawabnya dengan menunjuk Ziya menggunakan dagunya. Mereka mengikuti arah pandang itu dan mengangguk paham.
"Kita makan duluan ya? udah laper soalnya" ucap Faza sambil memasukkan makanan ke mulutnya, lagi lagi Elvian hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Kalian beneran pacaran?" cletuk Dito tiba tiba ditengah acara makannya.
Yang ditanya menghela nafas, sebenarnya dia cukup muak dengan pertanyaan pertanyaan itu, "Tidak" jawabnya jujur.
Walaupun wajah mereka menujukan ketidakpercayaan, mereka tetap menganggukkan kepala tanda mengerti. "Terus kenapa kalian bareng terus? berangkat bareng, pulang bareng, terus setiap istirahat juga bareng?"
Belum sempat Elvian menjawabnya, Ziya dan satu remaja perempuan yang Elvian tau adalah teman Ziya datang membawa nampan di tangan mereka dan meletakannya di meja itu.
"Kita adek kakak, puas?" tanya Ziya merasa sedikit simpati melihat Elvian yang nampaknya enggan menjawab pertanyaan yang hampir sama setiap harinya.
Elvian menganggukkan kepalanya setuju berharap 3 orang itu mengiyakannya saja, karena hubungan mereka sebenarnya sedikit sulit untuk dijelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
El-Vian [END]
RandomApa bedanya mengikhlaskan dan pasrah? Ketika kita mengikhlaskan suatu hal, sebenarnya itu adalah kemenangan yang paling memuaskan hati. Jika pasrah? mari kita cari tau hal itu bersama. Elvian, sosok remaja yang baru mengetahui asal usulnya setela...