7 | Justification

27 12 36
                                    

MASIH di malam yang sama, tujuh jam sebelum upacara bendera dimulai, Zoe menggali ponsel Kai. Banyak hal di dalam ponsel itu, tapi ia langsung membuka sebuah aplikasi obrolan yang sedikit peminatnya di Indonesia.

Taraa!

Mudah saja ia menemukan sebuah obrolan penting.

+62
[20 new videos.]

Zoe memijat pelipis. Ini yang harus gue puter yang mana dulu bjir? Satu videonya 15-30 menit. Tidak mungkin kan dia mendatangi kamar Kai malam ini untuk menanyakan. Bisa-bisa ia tinggal nama besok pagi. Ia pun memutar semuanya secara sekilas.

Ada tujuh video yang isinya pertengkaran di beberapa dua kubu di beberapa tempat. Ada pula aksi prostitusi yang direkam dan seseorang berbicara, "Demi bayar hutanglo bangsat!" Video-video lain hanya anak-anak mabuk. Zoe meringis tiap melihat video-video itu. Kemudian ada juga video pemujaan terhadap muka seorang alumni yang mukanya dicoret-coret. "Pemimpin kita? Darrxn! HAHAHAHAH"

Zoe tertegun. Mereka lebih gila daripada ekspektasi Zoe.

Ia kemudian mengirim voice note ke grup FDS. "Hari ini nggak ada upacara, diganti sosialisasi di aula utama. Kita pakai waktu yang sama di BK. Ingat, ini rahasia, sst." Grup itu ramai dua hari ini untuk membicarakan kasus terakhir, lumayan mewarnai ponsel Zoe yang selama ini senyap.

.


"Jadi ini pertengkaran internal?"

"Iya, tapi urusannya sama dana. Nggak heran kenapa jadi besar banget."

"Lo yakin rencana ini berhasil?"

"Yakin."

Zoe mematikan telepon itu, dan berangkat sekolah. Sebelumnya ia menyempatkan diri ke kantor. "Mbak, yang anak kemarin udah bayar."

"Oh ya? Bagus dong. Kalau gitu, tolong pesanan yang bentar lagi dateng, dianterin ke kamarnya ya."

.

7.
Justification

.

"NO ONE CAN BUY UNIVERSE'S JUSTIFICATION"

Ada basemen luas tersembunyi di bawah ruang BK. Tidak ada cctv di sana, dan aksesnya sangat-sangat sulit. Tidak ada siswa yang tahu sampai mereka mendapat undangan untuk mengikuti 'Forum Edukasi Lekerasan dalam Sekolah' oleh FDS. Banyak orang silih berganti masuk ke sana, seperti sudah masuk, lalu keluar lagi untuk berfoto dengan coretan pilok merah "No one can buy blabla." Muka mereka banyak cengar cengir. Sebetulnya sudah ada spoiler bahwa di sini akan ada penyelesaian masalah terkait kasus kekerasan di rooftop. Jadi sebagian dari mereka gugup bahkan sampai ngompol. Ya itu hanya segolongan anak-anak mainan golongan lainnya, dalam kurung: dibully.

Beberapa siswa menggunakan kemeja hitam terlihat sebagai panitia sibuk. FDS belum pernah seaktif ini sepanjang sejarah D'Jakarta Pasific. Mereka sibuk menyita ponsel sementara, membungkam mulut-mulut tamu undangan dan menyuruh mereka masuk. Banyak yang drama karena masuknya harus melalui celah sempit seperti selokan. Namun harus tetap mau masuk. Kiblat mereka satu saat ini, yakni komando Zoe, baik tiga puluh menit lalu, atau ke depannya.

"Jadi, apa rencana lo?" tanya Padma.

"Temuin mereka di gedung lama. Buat tempat itu jadi pengadilan. Biarkan mereka bicara dan mengulang pertengkaran. Make them satisfy with their own result. Dan ... to the point, kita harus menjadi satu untuk FDS. Kalian boleh meremehkan atau memandang rendah saya, tapi saya di sini adalah ketua kalian, walaupun bukan kalian yang memilih, saya mohon kerja samanya."

D'Artery ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang