TRETTEN

42.8K 3.3K 16
                                    

"Kenapa lagi hari ini?" Alen tertawa melihat wajah Kana terlipat saat keluar dari ruangan Fritdjof.

"Disuruh lihat jadwal baik-baik." Kana mengeluh karena Fritdjof menyuruhnya membaca jadwal yang telah mereka buat dan sepakati bersama-sama.

"Kamu kan nggak telat ngumpulinnya?" tanya Alen.

"Iya, kata dia kalau bisa cepat jangan nunggu sampai mepet, jadi kalau ada yang perlu diperbaiki ada waktu." Kana menjatuhkan tubuhnya ke kursi.

Yang bikin telat kan dia juga, keluh Kana dalam hati. Akhir-akhir ini Kana banyak bengong memikirkan Fritdjof sehingga tidak terlalu produktif mengerjakan apa pun.

"Ya sudahlah, ayo kita makan siang," kata Fasa. Semua orang mengikuti Fasa meninggalkan ruangan mereka.

Kecuali Kana.

Kana meletakkan kepalanya di meja. Pusing sekali kepalanya hari ini dan dia sedang tidak ingin makan.

"Kamu sakit?" Sebuah suara membuat Kana buru-buru mengangkat kepala.

Fritdjof berdiri di depan mejanya, dengan wajah biasa saja, bukan seperti orang galak yang baru saja mengomel panjang kepadanya. Kana menggeleng dan meletakkan kembali kepalanya.

"Tidak makan?" Fritdjof bertanya lagi.

"Aku diet. Ngapain masih di sini? Pergi sana! Bikin makin pusing." Kana mengusir Fritdjof yang tidak juga beranjak pergi.

"Kamu pusing?"

"Nggak, Fritdjof." Ups, Kana menutup mulutnya. Ini di kantor, kenapa dia bicara tidak formal dan sok akrab pada atasannya?

"Ke mana?" Fritdjof melihat Kana tiba-tiba berdiri.

"Toilet." Kana berjalan cepat.

Bagaimana bisa setelah marah-marah, laki-laki itu bertanya dengan penuh perhatian? Kana menepuk pipinya, menyadarkan dirinya sendiri. Mungkin Fritdjof akan bertanya seperti itu kepada semua bawahannya, bukan Kana saja.

Kana keluar dari kamar mandi dan berharap Fritdjof sudah tidak ada di dekat mejanya. Karena terlanjur tidak ikut keluar makan siang, Kana memilih melanjutkan pekerjaannya.

"Ini." Alen meletakkan Caffe Americano di meja. Juga dua roti isi kesukaan Kana.

"Thanks," gumam Kana.

Kana menyentuh kopinya dan meminumnya sampai tinggal separuh. As popular saying goes, programmers are machines that turn caffein into codes. Tidak salah. Karena Kana menghindari alkohol, maka dia meminum kopi banyak-banyak. Walaupun kopi hanya menghilangkan kantuk, bukan menghilangkan kemalasan. Kafein membantu otak Kana bekerja lebih baik. Apakah itu scientifically proven atau tidak, Kana tidak peduli. Sugesti bekerja lebih baik setelah minum kopi sudah terlalu mendarah daging.

Dia sudah duduk di depan komputer sedari pagi dengan earphone di telinganya. Kana tidak sedang mendengarkan musik, earphone itu hanya digunakan sebagai tanda bahwa dia tidak ingin diajak berbicara.

Is programming fun? Does she enjoy doing this? Kana tidak bisa menjawab. Sesuatu yang menyenangkan baginya, belum tentu menyenangkan bagi orang lain. Begitu juga sebaliknya. Bagi sebagian orang merajut menyenangkan. Bagi sebagian yang lain bermain ski menyenangkan. Menulis buku, menggambar komik, berbelanja, atau menonton TV bisa jadi menyenangkan bagi sebagian banyak orang dan tidak bagi sebagian orang lainnya.

Bagi Kana, duduk di depan komputer, tak ubahnya seperti orang lain duduk santai di dekat jendela sambil merajut. Membuat sesuatu selalu menyenangkan. Apalagi membuat sesuatu yang berguna bagi orang lain. Membuat payroll software agar banyak pegawai bisa menerima gajinya dengan jumlah yang tepat dan tidak terlambat, sama menyenangkannya dengan merajut sweater untuk hadiah ulang tahun yang berkesan.

Yes, making something always makes her happy. Kana tersenyum. Sepertinya ada sesuatu yang bisa dibuatnya sekarang, yang akan membuatnya bahagia dan orang lain bahagia. Kana membuka chatting client di komputernya, mencari nama seseorang dan mengetikkan pesan.

Dinner tonight? My home at 7.

Kalau Kana pulang jam lima, masih akan sempat untuk memasak makan malam yang enak. Kana sedang memikirkan akan memasak apa ketika komputernya berdenting.

I'd love to. I'll see you there.

"Kemana, Kan?" tanya Alen ketika melihat Kana buru­buru membereskan barang-barangnya.

"Balik." Kana menjawab pendek.

"Sendiri?" Biasanya Kana pulang bersama Kira atau Alen.

"Iya. Aku naik taksi, nggak usah khawatir," jelasnya sebelum Alen memaksa untuk mengantarnya pulang. Ini karena kasus bertemu lagi dengan Niel yang membuat Kira dan Alen merasa harus menjaga Kana.

Sejak Kira menasihatinya dua minggu lalu, Kana memikirkan kembali apa yang ingin dilakukannya terhadap Fritdjof.

***

Teman, dukung aku untuk terus bisa menulis di sini dan bisa dibaca secara gratis. Untuk menulis buku tidak mudah dan perlu biaya yang tidak murah. Aku harus melakukan riset dan lain-lain yang memerlukan biaya. Biaya itu kututup dengan penjualan buku-bukuku sebelumnya. Buku terbaruku, The Promise of Forever baru terbit nih. Kamu bisa mendapatkannya di seluruh toko buku di Indonesia atau di Gramedia.com beserta buku-bukuku yang lain. 

Juga kamu bisa membacanya di aplikasi Gramedia Digital, cukup Rp 22.500 kamu bisa membaca karyaku The Promise of Forever, The Perfect Match, A Wedding Come True, The Game of Love, When Love Is Not Enough dan My Bittersweet Marriage. Semua cerita tersebut sudah pernah diupload ke Wattpad dan masih bisa dibaca sebagian.

Terima kasih sudah membaca. Love, Vihara(IG/FB/Twitter/TikTok 0895603879876 WhatsApp 0895603879876)

THE DANISH BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang