SYTTEN

38.1K 3.5K 89
                                    

Hello. Updatenya terlambat sehari karena aku habis sakit. Aku ada pengumuman menarik ya di bawah cerita ini. Mohon dibaca :-)

***

"Fritdjof, sudah selesai?" Kana membuka pintu ruangan Fritdjof dan melongokkan kepalanya di celah pintu. Terlihat Fritdjof duduk dengan punggung tegak menghadap layar komputer, laptopnya juga terbuka di sebelahnya. Sambil menggelengkan kepala, Kana berjalan masuk dan menyalakan lampu. Sejak tadi Fritdjof tidak beranjak dan membiarkan ruangannya gelap.

"Belum." Fritdjof menjawab tanpa mengangkat kepala.

"Masih lama?" tanya Kana lagi, diperhatikannya dahi Fritdjof yang semakin mengerut.

"Tunggu." Fritdjof masih tidak mau mengangkat kepalanya dan melihat Kana. "I noticed a bug. Mysterius bug."

"OK, you might miss a semicolon. Or a bracket." Kana tertawa, lalu keluar dan menutup pintu.

Dia sering sekali debugging seharian seperti orang bodoh dan ternyata dia hanya lupa memberi titik koma atau kurang teliti mengetikkan satu tanda kurung. Kalau dipikir-pikir, kebiasaan di depan komputer menjadi lucu karena terbawa ke kehidupan sehari-hari. Saat menulis di agendanya, Kana lebih sering menggunakan tanda titik koma daripada koma. Saat membaca buku dan menemukan satu tanda kurung buka, matanya otomatis akan mengecek apakah tanda itu ada pasangannya atau tidak.

Kana membiarkan Fritdjof menyelesaikan apa pun yang sedang dilakukannya. Merengek minta pulang juga tidak akan ada gunanya. Fritdjof mungkin menurutinya, tapi hanya fisiknya saja yang bergerak. Otaknya tertinggal di layar komputer. Fritdjof tidak bisa diajak bicara, selama belum menyelesaikan masalah dalam code yang ditulisnya. Seandainya Fritdjof tertidur sekarang, Kana bersumpah Fritdjof memimpikan tentang apa yang belum terselesaikan.

Kana kembali mengintip ke ruangan Fritdjof. Tatapan mata laki-laki itu masih lurus ke layar komputer di depannya, sesekali dahinya mengerut. Sama sekali tidak ingat bahwa Kana menunggunya untuk pulang bersama. He's very passionate about what he does. Juga Fritdjof ini cerdas sekali. Menurut Kana, itu yang membuat Fritdjof seksi. Project manager terbaik yang pernah ada. Bisa membagi tugas dengan jelas, membuat tim mereka bekerja dengan waktu yang sesuai jadwal dan sedikit sekali melakukan kesalahan.

"Ayo pulang." Akhirnya Fritdjof keluar juga dari gua.

Kana tersenyum senang, buru-buru mematikan komputer.

"Ternyata sudah malam." Sudah mau jam sepuluh malam saat Fritdjof memeriksa jam.

"Aku nggak pernah pulang semalam ini dari kantor." Kana menanggapi. Tidak kesal. Hanya bosan karena tidak tahu harus melakukan apa sambil menunggu Fritdjof.

Dinar dan kawan-kawannya tadi pulang jam sembilan. Tentu saja mereka terheran-heran Kana masih bertahan. Untungnya Alen menghalau mereka agar tidak mengganggu Kana, yang masih enggan orang-orang tahu bahwa dirinya dan Fritdjof mulai dekat. Nanti dikira Kana sengaja dekat-dekat dengan bos untuk tujuan lain.

"Kenapa hari ini mau pulang malam? Kamu bisa bilang dan kita pulang cepat tadi."

"Aku mau nunggu kamu," jawab Kana.

"Lain kali bilang kalau mau pulang, aku bisa kerja di rumah."

"Apa bedanya kerja di rumah dan di kantor?"

"Kalau di rumah, kamu bisa nunggu sambil tiduran."

"Memangnya kamu ingat kalau aku nungguin kamu?"

"Tidak." Fritdjof menjawab apa adanya.

Tidak ada percakapan lagi selama mereka masuk lift dan turun ke lobi. Kana berdiri menunggu di sana sementara Fritdjof mengambil mobil. Sampai Kana masuk, duduk dan memasang sabuk pengaman, tidak ada tanda-tanda Fritdjof ingin mengajaknya bicara.

THE DANISH BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang