Kana tidak tahu berapa lama dia tertidur ketika merasakan ada sentuhan lembut di lengannya.
"Kamu harus makan dulu."
Ada Fritdjof berdiri di samping tempat tidurnya. Kana mengangguk patuh. Membiarkan Fritdjof membantunya berdiri dan mendudukkannya di sofa merah di depan TV.
Chicken soup. Perutnya menghangat ketika dia sudah menghabiskan setengah isi mangkuknya. Kana memperhatikan Fritdjof yang sedang mengunyah kentang—roasted potatoes. Masih ada mediterranean chicken dan dua Semolina Pudding. Dia belum pernah mencoba makan di restoran di lantai dasar apartemen ini, selama ini dia lebih sering memasak atau makan bersama Alen dan Kira.
"Apa kamu perlu sesuatu lagi?" Fritdjof bertanya dengan lembut.
Kana merasa ada yang salah dengan telinganya. Biasanya dia hanya mendengar suara Fritdjof yang tajam dan datar.
"Salah dengar, ya, tadi." Kana menggumam dan menepuk-nepuk telinganya.
"Kamu tidak apa-apa?" Fritdjof menatapnya dengan alis bertaut.
"Mmm...." gumam Kana sambil menggeleng.
Tubuhnya sudah lebih baik sekarang. Fritdjof membereskan bekas makan mereka dan Kana masuk ke kamarnya untuk mandi air hangat. Painkiller dan sup tadi sedikit membantu Kana.
Fritdjof duduk menonton televisi ketika Kana keluar kamar setengah jam kemudian.
"Kalau masih sakit, besok tidak usah masuk," kata Fritdjof ketika Kana duduk di sebelahnya.
Kana mengangguk sebagai jawaban.
Hanya suara televisi yang terdengar. Fritdjof menonton How To Make It America, sedangkan Kana sibuk dengan pikirannya sendiri. Sudah dua kali dia memperbolehkan Fritdjof masuk ke sini. Dia tidak pernah membawa laki-laki ke sini. Apartemen ini milik Kira, yang dibeli ketika mereka merasa tidak sanggup hidup di rumah orangtua mereka. Rumah yang terlalu penuh dengan kenangan indah.
Rasanya tidak pantas kalau berbuat macam-macam dengan laki-laki di rumah orang lain, meskipun itu rumah kakaknya sendiri. Kalau berdua dengan pacar tidak mungkin hanya duduk diam menonton TV seperti ini. Paling tidak akan berciuman dengan sangat menggebu-gebu sampai lupa diri.
Untung laki-laki di sebelahnya ini bukan pacarnya, jadi mereka tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak yang bisa membuatnya malu kalau Kira datang kapan saja.
Matanya terasa sangat berat dan tubuhnya semakin merosot. Seharian ini dirinya merasa luar biasa lelah, tidak tahu karena pengaruh hormon atau karena memang otaknya kelelahan setelah diajak bekerja terlalu keras. Rasa tenang dan nyaman yang dia rasakan sepanjang sore ini membuat tubuhnya rileks dan mudah sekali mengantuk. Kana masih sempat merasakan Fritdjof menarik kepalanya. Dan Kana menyukai ini. Kana suka saat lengan Fritdjof merangkulnya.
***
Fritdjof tersenyum melihat Kana tidur dengan nyaman di pelukannya. Setelah menunggu tiga puluh menit, dia memutuskan untuk menggendong Kana ke kamar. Di gendongannya, Kana bergerak-gerak gelisah sambil menggumamkan kata-kata yang tidak dimengerti oleh Fritdjof.
"Sshh ... it's okay," bisiknya menenangkan Kana, lalu gadis itu kembali tenang setelah menyurukkan kepalanya ke leher Fritdjof. Mungkin Kana melakukannya karena setengah bermimpi, tapi Fritdjof tidak peduli. Dia sudah terlalu lama tidak merasakan ada wanita dalam pelukannya. Fritdjof membaringkan Kana dengan hati-hati dan menutupi tubuh Kana dengan selimut tebal sampai ke leher Kana.
"Kamu tidak boleh sembarangan membiarkan laki-laki melakukan ini padamu." Fritdjof mendekatkan tubuhnya lalu mencium bibir Kana. Hangat, lembut, dan manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DANISH BOSS
RomanceDari penulis A Wedding Come True dan My Bittersweet Marriage: *** Sebuah perjalanan dari belahan bumi utara menuju khatulistiwa, untuk mencari cinta. Berhasilkah ia mendapatkannya? *** Fritdjof Moller menempuh jarak lebih dari 11.000 kilometer, untu...