𝟹𝟿 au milieu de

1.3K 206 23
                                    

"Hihihi..." Tawa bayi itu mengalun merdu memenuhi ruangan yang tadinya senyap. Wajahnya yang begitu ceria seakan sebelumnya tak pernah merasakan ketakutan sebelumnya.

Mata bayi itu terpejam ketika tertawa buat ayahnya mengernyit bingung, "Yevhen, jangan menutup mata saat tertawa. Kau bisa ditinggal teman-temanmu jika tertawa dengan kondisi itu."

Perutnya terasa geli tatkala sang ayah mengusak wajahnya di sana. Selepas mandi tadi, ayahnya menimang hendak dipakaikan baju. Tapi sayangnya begitu melihat perut bulatnya, Kael menjadi tertarik untuk menggodanya. Sesekali bibirnya mengecup perut anaknya.

"Uh, bulat sekali Yevhen. Apakah ini isinya susu semua?" Canda Kael pada anaknya. Yevhen lantas menarik surai sang ayah sebab lengannya hanya mampu menggapai sampai situ.

"Bububu!" Yevhen mengusak jemarinya pada surai Kael. Genggaman tangan yang begitu erat buat Kael meringis, tak menyangka jika tangan bayi sekuat itu untuk menarik.

"As... Astaga Yevhen, jangan menarik surai ayah. Itu tidak sopan." Tangan Kael berusaha melepaskan genggaman tangan sang anak yang masih bertengger apik.

Hari ini, pria itu memutuskan libur kerja untuk menemani sang putra seharian. Sedari pagi ini, ia sudah membuat Yevhen mandi dengan baik, menjemurnya di pagi hari, dan meminum susu dan makan. Sementara itu, seperti biasanya Lora tengah membantu maid untuk membersihkan dapur.

Di hari kerja begini, tak nyaman jika ia malah bersantai dalam kamar. Lora enggan membuang waktu liburnya hanya dengan rebahan, sebab gajinya di bayar penuh. Tak etis jika ia malah tak menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah.

"Tolong bawakan sarapan ke kamarku." Ruelle tentu tak salah perintah, ia memang sengaja datang kemari untuk membuat Lora mengantar makanan.

Selain karena warna surainya yang mencolok, tubuhnya yang lebih tinggi dari para maid membuatnya mudah dikenali meskipun hanya dilihat punggungnya.

"Baiklah nyonya."

Maid yang tadinya bertugas menyiapkan sarapan, memberi nampan berisi makanan untuk grand duchess. Lora paham jika cepat atau lambat pasti Ruelle akan curiga dengan kehadirannya.

Belum lagi, Kael yang terang-terangan mengacuhkan istrinya dihadapan maid. Itu membuat rumor jika keduanya tak akur semakin santer terdengar. Wanita itu menghembuskan napas sejenak, sebelum ia melangkah menuju kamar sang nyonya. Tak lupa ia mengetuk pintu terlebih dahulu, begitu mendapat sahutan masuklah barulah Lora berani masuk.

Ruelle memperhatikan wanita itu mulai dari ia memasuki kamar hingga menaruh nampan di atas meja kecil di ujung ruang. Beberapa hari pasca pulang dari perjalanan, Kael memutuskan untuk membedakan kamar antara dirinya dan Ruelle dengan alasan menjaga Yevhen dari dekat. Alasan yang tak masuk akal, tapi nyatanya ibu dan nenek ikut setuju.

"Bukankah kau adalah pengasuh anak grand duke?"

"Iya benar nyonya."

"Kenapa ikut membantu pekerjaan rumah?" Wanita itu seperti ada dimana saja, membuatnya agak risih jika tidak sengaja berpapasan.

"Sebab tuan ingin menikmati waktu berdua bersama tuan muda." Lora sama sekali tak menatap ke wajah grand duchess. Semenjak di ajari tata krama oleh bulter, Lora selalu menjaga sikap pada atasan sebagaimana mestinya. Ia menunduk sebagai tanda hormat.

Ruelle berdecak kesal, wanita itu mulai mendekat ke arah meja untuk menikmati sarapan. Sementara Lora bergeser menjauh hendak meminta izin untuk segera pergi dari kamar sang nyonya. Tapi tak disangka, jika Ruelle ingin ia menemaninya sarapan pagi.

"Bukankah hari ini cuacanya cerah?" Melalui celah jendela yang ada di hadapannya, Ruelle mampu melihat matahari yang tengah bersinar di luar mansion.

Lora juga setuju dengan pendapat Ruelle, "Benar sekali nyonya, cuaca ini sangat cocok untuk menjemur tuan muda."

volitient [ jaerose ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang