𝟸𝟿 verso

1K 168 18
                                    

Ruelle terkesiap begitu sampai di mansion. Tubuhnya menegang dengan keringat dingin mengucur deras dari pelipisnya. Wanita itu kokoh mempertahankan senyum di hadapan ibu dan nenek yang kini memandangnya dengan tatapan tajam. Entah apa yang salah darinya, tapi sepertinya sesuatu yang tidak mengenakan. Ia bisa merasakan atmosfer dingin mulai menjalari tubuhnya.

"Ada apa ibu?" Ruelle berusaha membuka obrolan dengan tenang.

"Duduk." Medea memberikan perintah. Saat ini, ia dan ibunya tengah duduk di ruang keluarga. Begitu melihat wajah Ruelle ia langsung menyuruhnya untuk duduk.

Jantungnya berdebar kencang, Ruelle tidak tahu situasi apa yang akan ia hadapi. Wajah ibu serta nenek tampak tegang dan kesal begitu ia pulang. Padahal setahunya, ia hanya berusahalah mengakrabkan diri dengan anak kandung Kael dari wanita lain.

"Ada apa ini sebenarnya ibu?" Ruelle tidak tahan lama-lama menghadapi tatapan tajam dari kedua wanita itu.

Nenek melipat kedua tangannya di depan dada, "Sungguh, kau sangat berbakat menipu." Sindiran halus itu membuat degup jantung Ruelle makin berpacu cepat.

Tidak! Tidak mungkin akan ketahuan!

Wanita itu tengah berusaha meyakinkan dirinya sendiri jika apa yang ia duga hanyalah bualan.

"Bagaimana keadaan cucuku di sana?" Medea hendak berbasa-basi untuk mengungkap maksud memanggil menantunya secara implisit.

"Baik ibu, anak itu sembuh dengan cepat berkat tubuhnya yang kuat." Ruelle menjelaskan kondisi terkini Yevhen dengan antusias.

"Syukurlah, harusnya kita menghukum pembuat masalah itu dengan benar." Nenek mengepalkan tangannya dengan erat. Sorot mata kebencian terpancar jelas begitu membahas orang yang mencelakai cucunya.

"Memang harusnya seperti itu. Pengasuh itu tidak pantas dipercayai." Ruelle menambahkan.

Medea tampak terkejut dengan ucapan menantunya barusan, ia menatapnya tidak percaya. "Sungguh? Aku kira ada orang lain yang melakukannya."

Deg.

Perasaan tak nyaman dan gelisah membuat Ruelle tidak mau duduk bersama dua orang ini berlama-lama. Ia harus mencari cara untuk menghindari masalah sebisa mungkin.

"Ada seseorang yang sengaja meracuninya. Apa kamu tidak tahu?" Medea memancing Ruelle untuk berbicara lebih banyak. Tapi wanita itu tiba-tiba terdiam dan menundukkan kepala. Tangannya saling bertaut.

"S...siapa orangnya? Pengasuh itu yang ceroboh tidak melakukan tugasnya dengan benar." Suaranya nyaris hilang di akhir kalimat.

"Harusnya Kael memberi tahumu dulu, tidak ku sangka pria itu membiarkanmu tidak tahu apa-apa."

Tunggu, sesuatu telah terjadi tapi Ruelle masih tidak tahu apa itu. Kael pulang di tengah jadwal dinas luar kota, Ruelle bahkan belum mendengarnya secara langsung.

"Dia tidak memberi tahuku. Apakah suamiku telah kembali lebih cepat?" Tanya Ruelle dengan penasaran.

Nenek mengangguk, "Tentu saja, begitu mendengar anaknya keracunan makanan. Kael bergegas kembali kemari untuk memastikannya."

Baik Medea maupun nenek sempat bertatapan satu sama lain dalam diam. Tatapan menusuk itu kini tertuju padanya, "Hah rasanya Medea terlalu lama berbasa-basi dan kamu terus tidak menangkap sinyal kami dengan benar." Nenek mengakhiri sandiwara yang tengah dijalankan.

Wanita tua itu beranjak dari sofa, menghampiri Ruelle dan duduk di samping wanita itu. Rasanya percuma saja bersandiwara lebih lama jika Ruelle tidak menyadari jika ia telah masuk jebakan.

volitient [ jaerose ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang