Ruelle begitu terkejut akan kata-kata yang baru saja dilontarkan oleh sang suami, menurutnya ini terlalu cepat untuk mengakhiri pernikahan mereka.
"Kau bercanda?" Tanya Ruelle penuh selidik.
Nyatanya Kael menggeleng, "Tentu saja tidak, kita bisa mengakhiri ini selagi bisa."
Ruelle menghampiri sang suami mendekat padanya lalu berbisik pelan, "Kita belum memiliki keturunan. Asal kau tahu, kau banyak melanggar ucapanmu sendiri grand duke."
Bukan sebuah ancaman, namun fakta yang memang benar adanya. Kael tak bisa mengelak karena apa yang diucapkan Ruelle barusan tidak bisa dibilang omong kosong belaka.
Akan tetapi, jika menyinggung anak Kael tak perlu khawatir sebab ia telah memiliki Yevhen sebagai penerusnya. Tak peduli Yevhen hadir bukan dari Ruelle.
"Aku tidak butuh keturunan, kau tahu sendiri. Berhubungan dengan keluargamu yang memiliki banyak skandal membuat namaku sering terseret-seret." Kael telah menyelesaikan perundingan dengan patner yang juga tengah memburu bukti perselingkuhan ayah Ruelle dan kini sudah cukup bukti untuk diangkat ke khalayak umum.
Tak perlu lagi ia bersandiwara menjadi suami yang baik untuk wanita itu. Karena besok semuanya akan terungkap dengan jelas. Ia juga harus menyelamatkan martabatnya dan tak terlibat lebih jauh dengan Ruelle sebisa mungkin.
Ruelle terkekeh geli, "Lalu bagaimana denganku? Kau membuatku seakan-akan mandul hingga membuatmu mengakui kehadiran anak itu di tengah pernikahan kita yang baru berjalan beberapa bulan? Kau juga sama merugikannya untukku, tapi aku sama sekali tak menganggapmu beban. Karena kita adalah keluarga sekarang."
"Kau benar-benar tidak tahu malu rupanya. Sudah aku sedang tidak ingin berdebat denganmu. Pergilah ke kamar lain dan tidur di sana." Ruelle yang diusir dari kamar mereka awalnya tidak terima. Namun, akhirnya ia mengalah dan pergi dari ruanga tersebut.
Ia sama sekali tak menuju kamar lain yang Kael maksud, melainkan pergi ke kamar sang nenek untuk mengadukan apa yang cucunya lakukan pada menantu keluarga ini. Setidaknya, ia harus mendapat simpati untuk terus bertahan dalam keluarga ini lebih lama.
Sejatinya Ruelle tahu, cepat atau lambat kedua orang tuanya pasti akan bercerai. Ia tak akan memiliki naungan jika itu terjadi.
"Tunggu apa? Bercerai? Tapi kenapa?" Seperti yang diduga sebelumnya jika sang nenek akan sangat terkejut meskipun Ruelle pernah melakukan kesalahan sebelumnya.
"Iya, suamiku mengajak bercerai karena ia sudah tidak membutuhkan keturunan." Toh memang benar apa yang ia ucapkan sesuai dengan apa yang Kael lontarkan padanya.
Lihat saja bagaimana, wajah lawan bicaranya begitu terkejut dengan wajah mengerut tak senang. Lagipula, kepala keluarga mana yang senang jika cucu kesayangannya terus membuat masalah tiada henti.
"Sungguh? Aku akan bicara dengannya besok." Tutur sang nyonya besar dengan bijak.
Tadinya, wanita itu pikir jika Ruelle akan segera menyingkir dari ambang pintu kamarnya. Namun nyatanya, istri cucunya justru menangis sesenggukan sambil menutupi wajahnya.
Sebagai seorang nyonya rumah yang telah lama memimpin keluarga ini semenjak kepergian suaminya, ia telah melihat banyak sekali peristiwa tak mengenakkan yang nyatanya sering terjadi pada rumah tangga. Terlebih lagi, kasta dipandang penting dan tak ada seorangpun yang dapat mengganggu. Yang membuatnya tergerak untuk bicara pada sang cucu, tak lain adalah sebab Ruelle belum lama menjadi menantu keluarga ini. Masih terlalu awal bagi mereka untuk berpisah.
Mungkin adanya pertengkaran-pertengkaran kecil dalam rumah tangga adalah hal yang lumrah terjadi. Namun, jika Kael sampai menggugat cerai sang istri. Pasti terjadi sesuatu hingga buatnya berani mengambil keputusan demikian. Ia kenal betul sang cucu, tak mungkin jika pria itu mengambil keputusan tanpa pertimbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
volitient [ jaerose ]
Romancea.bout Kael must take responsibility for the incident that happened to him and made him remember new facts from the past