12-When I Realized

171 31 6
                                    

"Lo deket sama Jeffrian?"

"Hng?" Gadis berwajah mungil itu menoleh dengan ekspresi linglung nya

Yeri antara greget karena gemas atau kesal langsung menyentil pelan dahi gadis yang sedikit lebih tinggi darinya itu.

"Shh.." desisan nyeri keluar dari bibir korban sentilan Yeri

"Stupid! I know he's hella fine Jennifer, stop looking at him and now look at me!"

Jennifer mengalihkan pandangannya dari sosok pemuda yang tak jauh dari tempatnya duduk bersama Yeri.

"Gue nanya lo deket sama Jeffrian?" Ulangnya

Yeri berdehem sebelum kembali berkata "soalnya gue liat akhir-akhir ini kalian sering interaksi gitu"

"Hm, I— I dunno how to tell you..." Yang ditanya jadi agak bingung cara menjelaskannya kepada Yeri

"Just tell me that you like him" potongnya cepat

"The fffff—"

Yeri melipat bibirnya lalu mencubit pipi Jennifer "C'mon baeee mau manjangin hidung?? Lo itu ngga pinter bohong. Lagian gue cuma nanya begitu kenapa pipi lo kaya tomat?!?"

Jennifer menyentuh kedua pipinya yang terasa agak panas lalu beringsut memeluk tubuh manusia di sampingnya itu dan menenggelamkan kepalanya di pundak Yeri.
Ia malu.

Yeri berdecak pelan lalu mengambil jas almamater miliknya yang tadi ia letakkan di atas punggung kursi untuk menutupi paha mulus Jennifer yang terekspos karena rok sekolah mereka yang memang agak pendek.

"Actually— he asks me to be his girlfriend.." ujarnya ceplas ceplos

Mata Yeri membulat sempurna mendengar pernyataan itu "so what? Gue rasa kalian cocok"

Tak ada hujan tak ada angin, 2 bulan terakhir ini Jennifer dan Jeffrian menjadi dekat karena pemuda bernama Mark yang naik pangkat menjadi pacar temannya itu ternyata merupakan teman Jeffrian.

Helaan nafas terdengar "gue ngga yakin Yer, gue rasa mama nya dia ngga suka gue"

"Kenapa ngga suka? Cantik? Iya, Sexy? Iya, Kaya? Iya, Pinter? Iya" cerocos Yeri tetapi Jennifer masih tidak menanggapi nya

Gadis dengan rambut yang dijalin satu itu memperhatikan area lapangan di depannya dari kursi penonton dimana 2 kelompok pemuda sedang latihan bermain bola voli.

Tangannya bergerak mengelus rambut panjang kecoklatan Jennifer yang terurai bebas lalu kembali berkata "ga usah malu-malu kebo deh! Jujur aja kalian udah pacaran?!?" Desaknya lagi dengan pertanyaan

Jennifer langsung menegakkan kembali tubuhnya. Ia bersyukur tak begitu banyak siswa yang sedang menonton latihan itu sekarang, kalau tidak bisa-bisa ia akan malu karena suara Yeri yang tidak bisa dikondisikan.

Yang ditanya menggeleng "Nope. Cuma emang jadi sering ngobrol aja"

Ia menjawab jujur karena kenyataannya memang tidak memiliki status pacaran, atau bahkan belum?

Mata bulat Yeri memicing "halah 'ngobrol aja' lo bilang, bullshit! Mark ada bilang ya ke gue kalo Jeffrian akhir-akhir jarang ngumpul. Ngaku gak lo kalo udah pacaran?!?"

"Apasih Yer?? Emang kalo deket harus banget lo bilang pacaran?"

Senyum licik kini menghiasi wajah Yeri "kalo engga pacaran dapat dari mana coba lo hickey"

"Fvck you Yeri, I'd told yo—"

"Jennifer"

Gadis itu urung melanjutkan ucapannya karena suara lain menginterupsi.

Itu Jeffrian, yang menghampirinya dengan keadaan masih memakai baju latihannya.

Yeri langsung ngacir dan melambaikan tangannya setelah mengatakan "see ya bitch! Kayanya Mark udah selesai latihan musik juga, gue mau ketemu dia dulu!"

Jennifer menatap ke arah perginya Yeri lalu menggeleng pelan, ada-ada saja kelakuan temannya itu.

"What's the plan for tonight?"  Jeffrian merebahkan dirinya di kursi penonton dengan paha Jennifer sebagai bantal

Gadis itu melirik sekilas Jeffrian sebelum mengelus rambut tebal itu "Nothing" jawabnya singkat dengan memperhatikan area sekitar yang sudah mulai sepi

Entah sejak kapan kegiatan seperti itu menjadi favorit keduanya.

Jennifer merasa sedikit ragu, agak aneh kalau dilihat kenapa dirinya sekarang bisa sedekat ini dengan pemuda yang bahkan jarang sekali ia ajak berinteraksi.

Padahal orang-orang terdekatnya saja mengatakan kalau Jennifer tipe yang susah didekati itulah kenapa dia dijuluki 'ice princess'.

Jeffrian memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan yang diberikan. Ia selalu nyaman berada di dekat gadis itu.

Tiba-tiba ia teringat dengan ucapannya dulu, ia bukan pemuda bodoh yang tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.

Senyuman begitu tipis Jeffrian tunjukkan "bodoh, jatuh dalam permainan sendiri" batinnya

"Lo masih kesel soal omongan mama, Jen?"

Menghela nafasnya, tangan Jennifer berhenti menyentuh rambut pemuda itu membuat empunya berpindah posisi menjadi duduk menghadap sang gadis dan menatap lekat wajah cantik itu.

"Jeff, lo ngerasa aneh ngga?" Tanpa menjawab pertanyaan tadi, ia balik bertanya

Dahi Jeffrian mengernyit bingung "apanya?"

"Lo sama gue"

Tangan besar Jeffrian menangkup wajahnya membuat dua pasang mata itu kini saling menatap.

"Gue ngga minta jawaban lo sekarang juga, kan udah gue bilang, Jen. Dan soal mama,,, maafin cara bicara mama waktu itu dan lo ngga usah dengerin"

Melihat orang yang diajaknya bicara diam saja membuat pemuda itu gemas lalu mengecup bibir Jennifer.

"Gue mau jawab sekarang"

Flashback Off.



🧚🏻🧚🏻🧚🏻


Berulang kali Jeffrian mengumpat kasar karena ia bangun terlambat. Ia bahkan tak sempat membereskan tutup dan botol minuman yang berceceran berantakan di atas meja.

Meskipun masih merasakan sedikit pusing, dengan gesit ia langsung ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan memakai pakaiannya bersiap untuk ke kampus.

Setelah memasukkan ponsel dan sebungkus rokok ke dalam sakunya, ia langsung memakai topi dan bergegas keluar dari kamar.

Jeffrian yang tadinya hendak langsung pergi menjadi urung, kakinya melangkah pelan ketika melihat sesuatu di atas meja makan.

Sepiring egg omelette tersaji disana.

Tak perlu memikirkan siapa yang membuatnya, ia yakin Jeno pelakunya. Memangnya siapa lagi yang bisa masuk bebas ke dalam apartemennya selain sepupunya itu?

Tapi kenapa?

Apa pemuda itu sama sekali tidak marah karena kejadian kemarin?

Jeffrian melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya lalu berdecak, ia sudah terlambat 30 menit.

Ia menarik kursi lalu memakan egg omelette lagi pula ia yakin dosennya pasti sudah mengajar dari tadi. Setidaknya ia mengisi perutnya terlebih dulu.

Tbc.

Yearn || JJ [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang