🍒 Home 🍒

130 18 8
                                    

-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩_🍒_-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩_🍒_-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩

"Terima kasih untuk kerja kerasnya," Nami tersenyum seraya menyodorkan sapu tangannya pada pria di depannya ini.

"Terima kasih juga, Nami-ya," Law_si penerima sapu tangan itu tersenyum lembut. "Ngomong-ngomong mau makan malam denganku?"

"A..."

"Kau pasti menolak lagi kan?" dokter muda itu tertawa pelan, sudah biasa menerima penolakan dari asisten pribadinya ini.

"Maaf, Torao."

"Kau masih memanggilku dengan sebutan itu?" Law tersenyum lagi. Dia mengangkat dagu Nami agar gadis itu menatapnya yang jauh agak tinggi darinya.

Kadang Nami berpikir kalau pria ini cukup maskulin. Dia hebat dalam dunia kedokterannya. Belum lagi Nami yang sangat cantik itu adalah asisten pribadinya, membuat nama keduanya cukup terkenal di kalangan orang-orang. Bahkan banyak yang mendukung mereka agar segera menikah. Namun Nami merasa dirinya tidak akan cocok dengan laki-laki ini, dari segi manapun dirinya melihat.

Law menarik pinggang gadis itu lebih dekat dengannya, hendak memberinya ciuman sebagaimana dirinya selalu berusaha. Tentunya Nami selalu menolak hal itu. Dan kali ini...

...kedua pasang bibir itu hampir bertemu.

"Trafalgar-san, pasien di kamar 305 tadi menanyakan tentang resep obat-" Kaya_seorang dokter baru itu tiba-tiba memasuki ruangan Law tanpa mengetuk lebih dulu, namun ucapannya berhenti ketika melihat posisi Law dan Nami yang hampir berciuman itu.

"Maaf mengganggu..." Kaya merasa malu sendiri dan hendak pergi.

Nami dengan cepat menjauhkan dirinya dari Law, dan meraih tasnya untuk pulang. "Tidak apa-apa, Kaya. Bicaralah dengannya!"

Setelah itu Nami segera keluar. Entah kenapa dirinya tiba-tiba kesal dengan tindakan Law yang seenak jidat itu. Memang belum sampai ciuman, tapi Law selalu berusaha melakukannya. Padahal sudah jelas-jelas jika Nami juga selalu menolak hal itu.

Gadis itu bersandar di mobilnya, masih kesal. Namun dirinya juga bingung. Sebenarnya apa alasan terbesarnya untuk selalu menolak Law?

🔥👒🍊🐦

Ace merasakan sepasang tangan memeluknya dari belakang. Dia tersenyum, lalu berbalik untuk menciumnya. Siapa lagi kalau bukan Isuka?

"Padahal aku baru melihatmu pulang, dan sekarang kau sudah ingin pergi lagi?" Isuka tampak cemberut.

"Maaf ya. Setelah pulang nanti, aku akan menghabiskan lebih banyak waktu denganmu," Ace mengecup keningnya seraya memeluk istrinya itu erat-erat.

"Aku sangat mencintaimu, Isu."

"Aku juga. Cepat kembali, Fire Fist."

"Hei, panggil namaku."

"Ace!"

Ace, You're My Brother [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang