Hasil dari keputusan pendek yang membuatku harus bersembunyi dari lintah darat. Keputusan yang aku sesali seumur hidup, kalau bukan karena kebutuhan mendesak dan diriku tidak ditinggalkan orang-orang terdekat, rasanya aku tidak ingin berhubungan dengan Rentenir.
Setelah suamiku bangkrut dari usahanya, dan harus hidup serba kekurangan, terpaksa dia mencari nafkah dengan mengangkut truk sampah. Tapi naas, saat bekerja, truk yang dikemudikan suamiku terlibat kecelakaan beruntun. Suamiku selamat, tetapi harus segera dilakukan operasi besar dengan biaya yang tidak sedikit.
Disaat diriku seperti ini, orang-orang menghilang. Disaat aku meminta bantuan mereka semua menutup mata dan telinga. Tidak ada yang mau membantu sedikit pun. Akhirnya aku terpaksa meminjam uang dengan mereka yang perlahan bunganya berhasil mencekikku.
Saat seperti ini rasanya ingin sekali aku menenggelamkan diri kedalam sungai dengan arus yang deras. Menghilang dan sulit dicari. Tapi, aku teringat dengan suami dan anakku. Akan sekacau apa hidup mereka jika aku menghilang.
Saat termenung seperti ini, aku berfikir memang hidup ini seperti bianglala yang terus berputar. Perputaran membawa kita merasakan keadaan saat berada dibawah perlahan naik sampai posisi atas. Tapi memang tidak ada yang abadi, putaran itu terus berjalan kehidupan kembali kebawah dan kita terus berusaha bangkit untuk keadaan lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA FEBRUARI
ContoSenandika/se·nan·di·ka/ n wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang d...