41

169 10 0
                                    


haiii semuanyaaaaa

jangan lupa vote komen andddd pecintaanakepakrete ya cantik cantikkkku.

******

Keesokan harinya.

"Net, kali ini beneran kan? Kali ini serius kan?"

"Harus serius ini mah, kalau balikan lagi yang bener aja, rugii dongg! Udah di sakitin muluhh."

Datang-datang bukannya salam, ini duo curut malah nyeletuk begitu dihadapan Anettha yang lagi makan sarapan.

Tumbenan juga Anettha sarapan. Biasanya kan dia sarapannya di rumah, ini mah bawa bekal. "Yang bener ajeee, udah berjem*ut begitu makanan di bekal lo di hias-hias begitu, Net?" cetus Listi.

"Dasar monyet! Pagi-pagi tuh mulut penuh bissa nyeletuk kotor muluhh," nasihat Difa."Gua sebagai calon ustadzah di masa depan miris, denger omongan laknat looo!"

Alih-alih tersadar, Listi malah menjulingkan matanya sambil mengangkat bahunya. Merasa bodoamat.

"Ustadzah modelan apaan, masih suka tanktopan, buka-buka aurat muluh! Kalau mandi aja lo masih buka-buka baju ya, Dut!"

"Begooo! Kalau nggak buka baju, gimana mau mandi dengan benar?"

"Ya itu dosa, Dut! Lo buka-buka aurat kan??"

Menghela nafas kasar Difa pun berceloteh. "Nggak gitu maksudnya, Les! Lo mah goblok gratis, malah di borong semuaaa... Jadi gini kan, ketauan banget dongonya. Yang bener aja, dimana-mana orang mandi ya buka baju lah, tololl! Kalau nggak buka baju, gimana daki-daki di bahu, lengan, kaki, ketiak, selangkangan, paha bawa paha atas lo bersih ya Maemunah! Lain kali kalau ngomong tuh dipikir, dipikir duluuuuu!" geram Difa yang bawaannya emosian muluh. Lagi pms kali.

Listi yang tak terima di olok-olok seperti itupun balas menjawab.

"Goblok-goblok gini nggak pernah gua, gamon sama mantan yang mokondo, yang cuma nyakitin doang. Nggak kaya lo, modal omongan manis doang di percaya."

"Yehhh, kok bawa-bawa mantan si???"

"Anjing, gua di rumah biar nggak stres memutuskan berangkat sekolah. Ehhh di sekolah malah ketemu lo berdua yang sama-sama stres," celetuk Anettha mulai lelah. "Bisa nggak? Sehari gausah berantem gitu, gua yang denger ngerasa risihhh!"

"Gua bakal damai kalau lo kasih makanan, Net," celetuk Difa yang tanpa ba-bi-bu langsung nyomot makanan punyanya Anettha. "Busetttt, rasa Sandwich nya nggak main-main. Buatan saha ie tehhh?"

"Abang gua."

Listi dan Difa kompak melempar pandangan satu sama lain. Seolah sedang telepati akan suatu hal. "Nape lo berdua lirik-lirikan begitu? Punya ide kriminal ya," cetus Anettha dengan suara serak. Mata sembab.

Gausah ditanya lah ya, kenapa doi begitu. Udah pasti abis nangisin babi bernama Xavier.

"Pulang sekolah free nggak si? Boleh lah, ajak main ke rumah lo, Net. Udah lama juga nggak ketemu nyokap lo."

Listi mengangguk antusias. Setuju dengan pernyataan Difa barusan. "Iya nih, nge mall nggak si? Atau karokean gituuu."

Anettha tersenyum kecut. Tahu sekarang mah, paham dia. "Bilang aja mau ketemu Abang gua. Pake alesan rencanain ini itu, biasanya juga juga jadi wacana brooo."

Xanetha [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang