Bab-9

9.6K 734 60
                                    

Tandai typo!

Happy Reading♡

Nindy sangat-sangat berterima kasih kepada Mohan. Ia tak menyangka jika orang itu mencarikan pekerjaan untuk dirinya. Dan mulai saat ini Nindy tidak akan memanggil cowok itu sebagai Jamet lagi.

Tadi sehabis sepulang sekolah, Mohan menghampiri dirinya dan mengatakan bahwa ada lowongan pekerjaan sebagai kasir di cafe, dan cafe tersebut pun tak masalah jika Nindy berkerja sehabis pulang sekolah, dari jam tiga sore sampe jam sembilan malam.

Sebenarnya Nindy heran, mengapa manager cafe tersebut tidak mengajukan pertanyaan tentang dirinya, dan dia malah langsung menerima Nindy tanpa alasan. Tapi Nindy tak mau memikirkan hal itu, karena yang terpenting dirinya telah diterima berkerja sehingga ia bisa membayar uang sekolahnya.

Cafe dengan nama Only you milik Ifdhal itu hari ini sangat ramai, untung Nindy berada di bagian kasir, sehingga rasa capeknya tidak terlalu. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya sebagai pelayan yang harus kesana kemari untuk mengantarkan pesanan.

Bagian kasir sebenarnya bukan Nindy seorang, Nindy berkerja dengan perempuan seusia dirinya. Perkenalan singkat karena tidak ada waktu buat berbicara lebih pun, Nindy hanya sebatas mengetahui nama perempuan itu Zahra.

________

Pagi ini Nindy terlambat untuk berangkat sekolah. Pukul 07:48 dirinya baru sampai di depan gerbang sekolahnya itu. Mungkin karena efek kelelahan dari tubuh ini, yang membuat ia bangun siang, sehingga dirinya jadi terlambat seperti sekarang.

Memikirkan cara bagaimana agar biar masuk tanpa ketahuan, beberapa detik kemudian akhirnya Nindy memutuskan untuk masuk lewat belakang sekolah.

Baru kakinya ingin melangkah, Nindy dikejutkan suara seseorang yang berasal dari dalam gerbang. “Mau kemana lo?”

Menatap orang tersebut Nindy pun akhirnya tersenyum kikuk dan membalas. “Nggak kemana-kemana kak.”

“Masuk sini!” titah Sagara kepada Nindy.

Sagara yang sebagai ketua osis mempunyai tanggung jawab setiap harinya untuk menelusuri wilayah sekolah sehabis bell masuk berbunyi. Untuk memastikan ada murid yang melanggar peraturan di sekolah ini tidak, seperti membolos, dan terlambat. Dan tak menyangka dirinya melihat gadis mungil yang menarik perhatiannya itu datang terlambat, padahal dia termasuk murid baru.

“Iya kak,” sahut Nindy yang langsung masuk ketika dibukakan pintu gerbangnya oleh Sagara.

“Berdiri di depan tiang bendera dengan tangan yang hormat sampai satu jam, gue akan ngawasin.” titah Sagara tegas. Ia selalu profesional dalam menjalankan kewajibanya. Sagara saat ini hanya menunjukkan raut datar, tidak seperti biasanya menunjukan raut ceria saat bertemu Nindy.

Nindy yang mendengar perintah ketua osis itupun hanya mengangguk kemudian menjalankan hukumannya.

Sementara Sagara memperhatikan Nindy dari sisi lapangan yang jaraknya lumayan jauh, karena Nindy berada di tengah-tengah lapangan.

Puk

Tepukan dari seseorang mengalihkan atensi Sagara yang tadi sedang menatap Nindy.

“Apa”

“Heran aja, gue perhatikan akhir-akhir ini lo sering merhatiin cewek baru itu” ujar Bimo, wakil ketua osis, ia tetangga Sagara, dan mereka berteman sedari kecil. Tapi Bimo tidak ikut dengan persahabatan Sagara bersama anak pemilik sekolah ini dan lainnya, karena Bimo itu tidak suka banyak bergaul, dirinya lebih sering apa-apa selalu sendiri, jikapun itu harus sama orang lain, Bimo akan bersama Sagara.

Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang