Chp. 18 • Satu atap

183 23 2
                                    

"Kau kira.. hanya kamu yang penasaran dengan lubang itu?"

Aku segera menepis tangan Nel dari tanganku, aku mundur beberapa langkah untuk membuat jarak dari nya.

"Hah.. Sepertinya lebih baik kita jangan terlalu lama berduaan di satu ruangan yang sama."

Aku menelan ludah ku. Semakin gugup pula dengan tanggapan berduaan dengannya di satu ruangan yang sama.

"Ayo kita keluar, Elisha.."

------
----------------
-----------------------------

Nel dan aku keluar dari rumah kecil itu (lebih mirip gudang sih). Setidaknya sekarang Nel sudah menggunakan kaos untuk menutupi tubuh bagian atasnya, dan atmosfer aneh itu sudah hilang setelah kami berada diluar ruangan.

"Nel, aku punya banyak pertanyaan untuk mu lho.."

Nel melirik ke arahku, tidak lama setelahnya ia menghembuskan napas.

"Ya.. Aku tau kau pasti ingin menghantam ku dengan pertanyaan. Jadi, tanyakan saja.. Selama itu bukan sesuatu yg tidak masuk akal."

Kami berhenti dibawah pohon untuk berteduh dari sinar matahari yang terik nya bagaikan di musim kemarau kering berkelanjutan.

"Anu.. Kamu, punya kuota gak?"

Nel terheran-heran karena dari semua pertanyaan yang sudah ia siapkan jawabannya malah ditanyakan yang tidak ada. Ini ditengah hutan, jelas jelas jarang ada sinyal.

"Kalau pun ada, tidak bisa dipakai. Disini tidak ada jaringan."

Aku terdiam sejenak. Memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi jika aku tak bisa menggunakan internet.

"Itu artinya aku tidak bisa menghubungi kakak..."

Nel mengangguk, lagipula Nel memang tidak punya kuota. Toh, dia tidak menggunakan sosial media. Hanya menggunakan HP jika ada hal penting saja.

"Kalau begitu, Kira-kira butuh waktu berapa menit dari sini ke pusat kota?"

"Kira-kira 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan."

... Hening

Lagi-lagi apa? Ya, aku sial lagi.
Perjalanan dari rumahku kesini saja sudah membuat ku lelah, dan sekarang aku ingin rebahan di hotel saja harus menempuh 3 jam? Masa iya aku harus menginap di rumah Nel??

"Kamu bisa tidur di sini."

Aku melotot ke arah Nel. Bisa bisanya dia menyuruhku tidur dibawah pohon yg ada ditengah hutan. Datang ke gudang Diov saja aku ingin buru-buru masuk, gimana tidur disini?

"Maksudku, dirumahku."

Aku mengangkat salah satu alisku, kemudian bertanya.

"Lalu kau tidur dimana? Sepertinya di rumah mu yang itu hanya ada satu kasur."

Rumah yang aku maksud adalah tempat dimana aku mengobati Nel, dan memang rumah itu hanya di desain untuk satu orang.

"Aku bisa tidur di kursi."

Tunggu, Nel kan tuan rumah. Lalu dia juga sedang sakit. Sangat tidak sopan jika aku yang tamu ini malah menyita fasilitas nya.

"Uh.. Kenapa kau tidak tinggal di rumah agares?"

Kini tatapan Nel berubah, tampaknya pembicaraan ini akan lebih serius.

"Ada Val dan Deca, kamar disana tidak cukup. Jadi aku mengalah dan memutuskan untuk tidur dirumah yang satunya."

Your Soul Is Mine - Raphael × OC/ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang