Chp. 24 • Bersalju

148 20 0
                                    

---------
------------------
----------------------------

Sesak. Aku tidak bisa bernapas.
Aku tak bisa melihat apa-apa. Apakah aku pingsan? Sepertinya iya, bahkan hanya kemungkinan kecil aku bisa bangun kembali setelah terseret ombak sebesar itu- kalau benar yang tadi itu adalah Tsunami, berarti sekarang aku benar-benar sudah tamat.

Akh.. Setelah sesak napas, sekarang aku kedinginan. Jangan-jangan, tubuhku sudah mendingin karena mati.. Masa sih aku beneran mati? Raphael bilang dia akan menjamin nyawaku- ah, lupakan saja. Tidak ada gunanya berharap pada makhluk ghoib. Malah justru bagus kan kalau rencana nya gagal?

"Bangun atau aku timbun dengan salju?"

Salju? Timbun?? Masa aku mau dikubur dengan salju? Yang benar saja! Seharusnya aku dikubur ditanah atau diletakan di peti mati, duh! Tidak boleh dibiarkan! Setidaknya aku mau tempat yang layak untuk peristirahatan terakhir ku!!

"Ck! Setidaknya belikan aku peti mati- enak saja aku mau di kubur dengan salju, tidak elit!!"

Oh.. Ternyata beneran ada saljunya. Tunggu, tadi aku terseret ombak di pantai.. Sekarang aku ada di tempat yang penuh dengan salju. Jangan-jangan, aku terseret sampai ke kutub utara?!

"Katakan padaku, kita ada dimana? Ini kutub utara ya??"

Aku bertanya pada gadis yang ada disamping ku. Dialah yang tadi membuat ku terbangun, dia juga yang mengancam akan menimbun ku dengan salju kalau tidak bangun. Dia menggelengkan kepalanya, sepertinya ini bukan kutub utara.

"Bukan, ini bukan kutub utara."

Heran, kalau ini bukan di kutub utara lalu ini dimana? Atlantik? Atau saking lamanya aku tak sadarkan diri, dunia sampai sudah berganti musim? Yah, mungkin diantara itu.. Tiba-tiba, gadis yang tidak ku kenal itu merentangkan tangannya sambil tersenyum ke arahku.

"Duh, bisa bisanya kamu tidak memelukku saat terbangun. Kamu tidak kangen denganku kah?"

"Buat apa? Aku tidak kangen denganmu tuh, memangnya kamu siapa? Kenal saja tidak."

Setelah aku membantah perkataannya, dia jadi sedikit murung. Tapi tidak lama setelah nya, dia menggelengkan kepalanya lalu menatap kedua mataku dengan yakin.

"Elisha, ini aku.. Mira."

Mira, ini beneran Mira? Mata ku mengatakan tidak. Yang aku lihat dihadapan ku sekarang adalah iblis. Aura yang dikeluarkan nya tak perlu diragukan lagi. Walaupun aura miliknya lebih lemah daripada iblis yang bersama Lucifer itu, tapi aku cukup yakin kalau yang didepanku sekarang itu bukanlah manusia. Tidak mungkin dia adalah Mira yang aku kenal, kan?

"Kan sudah ku bilang di surat, jangan kaget kalau bertemu lagi denganku, soalnya aku banyak berubah."

"Tunggu, yang kau maksud berubah itu.. Jadi iblis?"

Mira diam, dia membuang pandangannya dariku. Aku bisa lihat sorot matanya menjadi sendu. Jangan-jangan, memang benar kalau dia berubah jadi iblis? Tapi memangnya bisa kalau manusia berubah jadi iblis? Ukh, banyak sekali yang membuat ku bingung sekarang!

"Mira, kau berhutang penjelasan yang banyak dariku! Aku benar-benar bingung sekarang!!!"

Aku mengacak-acak rambut ku, bingung. Siapa juga yang tidak bingung setelah terseret ombak besar, bangun-bangun malah sudah bersalju, lalu melihat dengan mata kepala sendiri kalau sahabatnya malah berubah menjadi iblis?!

Mira menggenggam erat pundakku dan tersenyum. "Iya, aku memang ingin menjelaskan semuanya padamu. Karena kamu adalah kunci dari kutukan itu agar bisa dipecahkan."

Your Soul Is Mine - Raphael × OC/ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang