Chp. 22 • Petunjuk

247 20 7
                                    


*Sriiing

Dari mata ekor ku, terlihat pantulan cahaya yang sepertinya berasal dari kaca. Karena penasaran, aku menoleh ke sumber pantulan cahaya itu. Darisini aku melihat sebuah botol kaca yang berisi kertas.

"Itu apasih? Surat..?"

Setelah di amati, ternyata memang isinya surat. Karena tertulis di label nya bahwa surat itu ditujukan untuk.. Aku?

"Lho.. Tumben sekali orang mengirimkan surat didalam botol- tidak, bukan itu. Siapa sih yang mengirimkan ku surat, kok dia bisa tau aku ada disini-"

"Raphael?!"

Aku reflek menoleh ke sumber suara. Ternyata itu Gabriel. Bagus lah dia bangun sekarang, karena sepertinya tadi Nel berniat untuk melukainya. Bukannya aku tidak mau menolong, tapi lebih tepatnya.. Kalau aku melawan, bisa-bisa aku yang di lukai. Apalagi aku kalah jumlah.

"Kenapa kau bisa kembali? Mana mungkin Agares sudah-"

"Surat itu- aku harus membacanya. Ini mungkin, adalah petunjuk!"

Dengan cepat, aku mengambil botol kaca yang berisi surat itu dan menyembunyikan nya dibalik mantel ku. Aku curiga kalau Nel atau Diov lah yang menyembunyikan surat ini, seharusnya aku bisa langsung tahu kalau ada yang mengantarkan surat kesini, lagipula selama ini kan aku tidur disini..

Untungnya, mereka berdua sibuk dengan Gabriel. Jadi tak ada yang sadar kalau aku sudah mengambil botol ini.. Nah, sekarang aku harus cari-cari kesempatan untuk membaca suratnya.

*Jraaash

Kaget. Baru saja aku kembali fokus dengan keadaan disekitar ku, Tiba-tiba saja darah sudah menyiprat dari wajah Diov. Ah.. Ternyata yang melukai nya adalah Nel. Kalau Diov saja sampai tega dilukai, berarti tak aja jaminan untukku akan selalu aman bersama nya.

*Bruuk

"Ack!!"

Diov seketika ambruk. Dia memegang wajahnya, pasti perih sekali.. Aku yang melihat saja sudah ngilu.

"Agares sudah mati, masih kurang jelas?"

Aku diam ditempat. Pertama kalinya aku melihat ekspresi Nel, yang se'seram ini. Tentu saja dia marah, rekannya mati. Dan kematian rekannya, pasti bukan salah satu rencananya.

"Agares mati- karena kau memberitahukan tempat ini pada Val... Agares pergi kedunia iblis untuk mengejar Val yang membawa kabur batuku..."

"Kalau kau tidak memberitahu soal tempat ini, Agares tak perlu pergi... Ini semua salahmu."

Oh, ternyata benar dugaanku waktu itu. Ada yang mengunjungi rumah ini waktu itu. Cih! Kalau aku tahu yang datang itu Val dan Diov, aku jadi tak perlu menuruti kemauan Nel disini! Jika saja aku tahu lebih cepat apa yang mereka rencanakan..

"Lebih baik kau selesaikan pekerjaan mu... Ambil energi malaikat ini sekarang juga, dan buat jadi batu untuk menggantikan milikku yang hilang. Kau mau Agares mati sia-sia?"

"Menghapus kematian adalah keinginan Agares juga, jadi-"

"Apa maksudmu, Raphael?!"

Akhirnya Gabriel bicara juga.

"Jadi itu alasan mu melakukan semua ini?! Kau mau menghapus kematian?!  Itu hukum mutlak yang tidak bisa kau ubah!!"

Iya, Gabriel benar. Memangnya dengan mengacaukan dunia iblis bisa menghapus kematian? Ingin menghapus kematian kok malah menambah angka kematian? Aneh memang..

"Kalau kau mau melakukan hal itu- para malaikat lain tidak akan tinggal diam-"

Nel menjambak poni Gabriel, sedangkan aku masih mematung ditempat. Duh, Lagi-lagi aku disini seperti orang beg*. Menolong Gabriel itu mustahil, lalu mengobati Diov juga sepertinya tidak bisa.. Kalau aku keluar, Kira-kira boleh tidak ya?

Your Soul Is Mine - Raphael × OC/ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang