08: Janji

2 1 0
                                    

"Leta, apakah menurutmu akan menyenangkan bila danau itu terisi sesuatu?"

"Sesuatu yang bagaimana?"

Aku dan Leta memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami yang sempat terhenti di air terjun. Sebenarnya aku yang mengusulkan. Perkataan Leta tentang rentenir dan kematian membuatku sedikit takut. Maka dengan alasan hari yang semakin singkat, aku mengajaknya melanjutkan perjalanan.

Saat berjalan, bayangan pohon di permukaan danau membuatku bertanya-tanya, apakah benar tidak pernah ada satupun benda atau orang yang menyentuh permukaan danau? Kecuali bebek yang menjadi alasan perjalanan ini tentu saja.

"Aku penasaran bagaimana bila ada yang mengapung di danau itu," jawabku pada Leta.

"Kita berdua tahu tidak ada yang semacam itu, Noa."

"Iya, tapi kenapa?"

"Kata Ibuku, apapun yang hinggap di danau itu pasti akan menghilang. Sudah lama sekali aku tidak melihat ada sesuatu di atas danau."

Mendengar jawaban Leta, aku hanya bisa diam. Memang begitulah legenda yang kami semua dengar. Bahwa danau ini tidak boleh disentuh, karena apapun atau siapapun yang menyentuhnya pasti akan menghilang. Dengan mata yang tidak bisa terlepas dari danau, aku terus melangkah bersama Leta.

"Memangnya jika bisa, apa yang kamu bayangkan ada di sana, Noa?" tanya Leta, membuatku memutus pandanganku pada danau. Tidak terasa, tanganku sudah ditarik oleh Leta sedikit menjauhi tepi danau. Saat kulihat lagi, kakiku bahkan sudah hampir menyentuh air danau.

"Ah… itu, aku membayangkan sebuah perahu. Sepertinya akan menyenangkan jika kita bisa sampai di tengah danau dengan perahu," jawabku sambil menghilangkan keterkejutan.

"Benarkah? Apakah semenyenangkan itu? Maksudku, yang namanya perahu itu," tanya Leta penasaran.

"Leta belum pernah tahu tentang perahu?"

Dengan pelan, Leta menggeleng. Matanya menunjukkan kesungguhan. Apa Ibunya tidak pernah bercerita tentang perahu?

"Perahu itu seperti mangkuk besar yang bisa kita naiki. Jika kita naik di sana, kita tidak akan tenggelam atau bahkan sekadar kebasahan," jelasku dengan semangat.

"Benarkah? Wah aku ingin melihatnya!"

Leta ikut bersemnagat mendengarnya. Benar, kan? Perahu itu memang menyenangkan.

"Aku pernah melihat perahu pamanku dari tepi pantai. Perahunya besaaaar sekali. Kapan-kapan kita naik ya?"

Leta menggangguk semangat saat mendengar ajakanku. Ini sungguh menyenangkan, membayangkan suatu saat akan menaiki perahu ke tengah lautan bersama temanku.

"Iya. Janji ya?"

Kami saling menautkan jari kelingking satu sama lain. Ini adalah sebuah janji yang tidak boleh diingkari.

.
.
.

[TBC]

DWC NPC 2024 Day 8: Done

[08/02/2024 - 21.53]
[360]

Shell

Are We There Yet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang