Sepanjang perjalanan kami, perasaanku semakin tidak karuan. Rasa tidak nyaman yang sejak tadi kurasakan semakin kuat. Apalagi melihat Leta yang berjalan tanpa beban di depanku. Rasanya seperti aku sudah melanggar kata-kata Ibu. Aku sedang kena getahnya dan ketakutan.
"Leta," panggilku pelan. Kakiku berhenti melangkah saat sebuah sentalan perasaan tak nyaman membuat punggungku terasa dingin.
Leta menoleh dengan muka bingungnya. Meski begitu, ia masih terlihat sangat tenang.
"Kita berhenti saja ya. Aku takut."
"Kenapa Noa takut?" tanya Leta sembari berjalan menghampiriku.
Aku menggeleng. "Entahlah. Aku hanya takut. Bagaimana kalau Ibu marah?"
Tangan Leta menarik tanganku drngan pelan. Setelahnya, aku diajak mendekati danau. Kenapa?
"Noa tahu? Kenapa air danau ini tidak boleh disentuh?"
Sekali lagi aku menggeleng.
"Karena katanya jika kita menyentuh air danau ini, spirit air akan terpanggil dan kita akan diajak pergi olehnya."
Aku mengernyit bingung. "Seperti Ibu yang mengajakku berkebun saat aku bermain tanah di halaman belakang?"
Sejenak, Leta tampak berpikir lalu mengangguk mantap. "Iya, mungkin seperti itu. Karena Noa bermain tanah, Ibu Noa pikir kenapa tidak sekalian saja pergi berkebun."
"Apa Noa tahu kenapa aku selalu ada di sini?" tanya Leta setelah kami terdiam beberapa detik. Sekali lagi, aku hanya bisa menggeleng.
Dengan pelan dia mendekat padaku dan berbisik, "karena aku bisa bertemu dengan spirit air."
Aku yang kaget, tak terasa menyentak tangannya sedikit keras. Bagaimana bisa? Siapa Leta hingga bisa melihat spirit air?
"Aku bahkan diberikan kemampuan untuk bermain dengan air," lanjutnya dengan ceria.
"Spirit air itu tidak ada kan?" sanggahku. "Kata Ibu, tidak ada manusia seperti itu di dunia ini. Sesuatu seperti sihir dan spirit, itu hanya digunakan untuk menakuti kita agak tidak berbuat nakal. Dunia sudah modern, tidak mingkin ada yang seperti itu."
Walaupun aku berucap seperti itu, entah kenapa jantungku rasanya berdebar sangat kencang. Seolah tahu jika aku sedang berbohong.
"Lalu bisa Noa jelaskan itu?"
Aku mengikuti tangan Leta yahg menunjuk ke tengah danau. Betapa kahetnya aku saat melihat air danau yang tadinya tenang, kini sudah bergerak naik turun. Beberapa cipratan air terbentuk karena air yang jatuh.
"Bagus, kan?" tanya Leta.
"Leta," panggilku lirih. "Kamu itu ... sebenarnya siapa?"
.
.
.[TBC]
DWC NPC 2024 Day 21: Done
Genre yang dipilih: Urban fantasi[21/02/2024 - 21.51]
[355]Shell
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We There Yet?
Beletrie"Kemarin aku melihat bebek di danau," ucapku pada Leta, salah satu teman terdekatku di desa ini. "Tidak mungkin. Danau itu, kan, katanya tidak bisa disentuh makhluk hidup." "Tapi kemarin ada. Sungguh. Dia berenang ke jauh ke seberang sana." Leta mel...