~ 6 ~

1.4K 63 3
                                    

Selamat membaca

Leon diam diam berdiri di depan pintu kamar. Ia memperhatikan Emily yang sedang menata baju di dalam koper. Awalnya Leon kesal karena Emily sepertinya pura - pura tidak mengingat pertemuan pertama mereka. Karena kesal, ia sengaja mencari gara - gara untuk mempermainkan Emily. Dari revisi proposal hingga rasa kopi yang tak juga cocok dengan seleranya. Leon tersenyun saat mengingat tingkah lakunya yang kekanak kanakan itu.

Tanpa Leon sadari, mamanya sedang berdiri diujung tangga, dekat dengan kamar Leon. Ia merasa takjub dengan kelakuan putranya. Belum pernah ia melihat putranya yang tersenyum seperti itu, apalagi diam diam putranya itu memperhatikan tingkah sekretarisnya. Dari tatapan putranya pada wanita itu, ia pun mengetahui bahwa putranya sudah terpikat.

Dengan tersenyum lebar, nyonya rumah itupun menuruni tangga dan segera menyiapkan makan siang. Ia tidak akan melewatkan kesempatan ini begitu saja. Apapun akan ia lakukan untuk membantu putranya mendapatkan pujaan hatinya.

Nyonya rumah itupun segera mengumpulkan semua pekerja di taman belakang rumahnya.

"Hari ini setelah membuat makan siang, kita akan pergi berbelanja. Dan kalian semua harus ikut. Tidak ada satupun yang tidak ikut." Ucap mamanya Leon.

.....

Mamanya Leon perlahan mengetuk pintu ruang kerja putranya. Tak lama kemudian, Emily muncul dari balik pintu.

"Silakan masuk nyonya, kami masih menyelesaikan beberapa dokumen." Ucap Emily.

"Kalian berdua segeralah turun dan makan. Aku tadi sudah makan." Ucap mamanya Leon.

"Terima kasih nyonya. Apakah tuan juga sudah makan?" Sahut Emily dengan sopan.

"Dia masih sibuk bermain golf dengan teman temannya. Aku akan pergi sebentar, jadi saat aku kembali, kalian harus sudah selesai makan ya." Ucap Mamanya Leon.

"Iya ma. Sebentar lagi kami akan turun." Sahut Leon.

Mamanya Leon hanya mengangguk dan tersenyum. Ia menepuk bahu Emily, kemudian melangkah pergi. Emily pun kembali ke dalam dan menutup pintu.

"Ini berkas yang terakhir pak." Ucap Emily sambil meletakkannya di meja.

"Ok, kita lanjutkan nanti, kita makan dulu." Ucap Leon.

Leon kemudian beranjak dari kursi dan berjalan keluar dari ruang kerjanya Emily berjalan tepat di belakang Leon.

Bruk.

Emily menabrak punggung Leon yang keras, saat atasannya itu tiba tiba saja berhenti.

"Kenapa bapak tiba tiba berhenti?" Tanya Emily sambil mengusap dahinya.

"Suka suka saya dong." Ucap Leon dengan cuek kemudian mulai menuruni tangga. Emily akhirnya berjalan dua langkah dari Leon.

.....

Setelah menghabiskan makan siang, seorang pelayan menyuguhkan segelas jus dan langsung dihabiskan oleh Emily. Sedangkan Leon, masih minum setengah saja.

"Tuan muda, kami akan pergi sebentar mengikuti Nyonya untuk belanja besar. Jika tuan muda dan nona sudah selesai, tinggalkan saja, nanti akan kami bereskan." Ucap seorang pelayan wanita.

"Ok. Pergilah." Ucap Leon, kemudian menghabiskan jus di tangannya.

Kini hanya ada Leon dan Emily di rumah besar itu.

"Saya akan kembali bekerja pak." Ucap Emily.

"Emily. Aku tidak menyangka kamu sudah menjadi sekretaris yang handal. Aku membaca profilmu di arsip perusahaan, bahwa kelebihanmu adalah memiliki memori yang kuat. Tapi sepertinya kamu melupakan kalo kamu pernah tidur denganku." Ucap Leon.

"Pak Leon itu karena bapak duluan yang menarik tubuh saya." Ucap Emily dengan cepat.

"Trus kenapa kamu pura pura gak kenal saya."

Emily menyadari jika ia sudah keceplosan bicara.

"Saya kira bapak tidak ingat sama saya. Ta-tapi pak, tidak ada hal yang terjadi malam itu. Bapak hanya memeluk saya, tidak lebih." Ucap Emily dengan gugup.

Emily merasa tubuhnya kepanasan, ia memang gugup saat mengakui semuanya dihadaoan Leon. Emily pasrah jika kemudian ia di pecat. Ia hanya menunduk sambil menanti respon dari Leon.

"Aku hargai kejujuranmu. Karena memang aku tidak ingat ketika kejadian. Aku hanya ingin memastikan bahwa aku tidak melakukan hal lebih dari sekedar pelukan." Ucap Leon dengan canggung. Tangan Leon terkepal erat, saat ia membayangkan ia pernah memeluk tubuh itu. Leon mengendurkan dasinya, rasa panas seperti menguar dari tubuhnya.

Leon menatap Emily yang tampak mengusap peluh dan sesekali mengipasi lehernya. Tampaknya mereka berdua mulai kepanasan.

"Tetapi apakah bapak akan mempermasalahkannya?"

"Tidak Em. Lupakanlah. Ayo kita kembali bekerja." Ucap Leon kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"Terima kasih pak." Ucap Emily.

Suasana rumah sangat sepi, bahkan di taman pun tidak ada tukang taman. Leon merasa sedikit aneh, tetapi ia kemudian mengabaikan.

Dalam benak Emily, ia hanya ingin segera menyelesaikan pekerjaannya disini kemudian ia ingin menyegarkan tubuh dengan berenang. Sepertinya sangat segar jika dicuaca panas seperti ini bisa berenang.

..... BERSAMBUNG .....

Publish : 02 03 2024

My Cute Secretary [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang