~ 9 ~

988 51 2
                                    

Selamat membaca

Emily duduk terdiam di meja teras rumah Leon. Hari ini Emily dan Leon akan pergi ke Jerman. Sambil menunggu Leon yang masih bersiap, Emily menemui nyonya Esmeralda.

"Halo Emily. Kita bertemu lagi." Sapa Esmeralda kemudian duduk di depan Emily.

"Selamat pagi nyonya." Sahut Emily sambil berdiri dan sedikit membungkukkan badannya.

"Duduklah Em. Kamu mau minum teh? Kali ini aku tidak memasukkan sesuatu di dalamnya." Ucap Esmeralda sambil tersenyum pada Emily.

"Nyonya, saya tidak mengerti apa maksud nyonya dengan melakukan perbuatan tersebut." Sahut Emily setelah mengetahui bahwa nyonya Esmeralda yang menjadi dalangnya.

"Maaf Emily. Aku ingin kamu menjadi menantuku. Kalau kemarin kalian berdua lepas kendali, maka aku akan dengan mudah menunutut putraku untuk menikahimu. Itulah rencanaku." Ucap Esmeralda dengan entengnya, sambil mengangkat teko yang berisi teh, kemudian menuangkannya ke sebuah cangkir dihadapannya.

"Kenapa saya? Saya rasa banyak wanita dari keluarga terpandang yang bisa disandingkan dengan pak Leon." Sahut Emily sambil memperhatikan gerak gerik lawan bicaranya. Entah mengapa ia merasa waspada kepada nyonya Esmeralda.

"Masalahnya adalah, semua wanita yang aku temui, entah itu dari pegawai atau anak anak dari temanku, tidak ada yang memenuhi kriteriaku. Hingga aku bertemu dengan kamu. Mereka tidak terlalu kuat secara mental dan kemandiriam untuk bisa bersanding dengan putraku. Dia butuh wanita yang sungguh tangguh, karena lawan Leon tidak hanya mereka yang berwajah manis tapi juga licik seperti ular."

"Apakah menurut nyonya, Pak Leon akan berpikiran yang sama dengan Nyonya? Selera setiap orang berbeda."

"Kali ini aku sangat yakin dengan pemikiran putraku. Kamu bisa menantikannya Emily, apakah putraku mengincarmu atau tidak. Ayo diminum teh nya keburu dingin."

"Baik nyonya. Kita lihat nanti." Ucap Emily sambil menyeruput secangkir teh.

.....

Leon tidak bisa lagi melihat Emily dengan normal. Apalagi sejak kejadian kemarin, bagaimana reaksi Emily saat ia menyentuh wanita itu, semua kembali bermunculan dalam memori Leon.

Bagaimana bisa wanita itu tetap tenang dan bersikap profesional seperti biasa, seolah kejadian kemarin tidak membekas dalam ingatannya. Leon mulai merasa tersiksa berada di dekat Emily.

Rapat dengan orang orang keuangan di kantor Jerman hanya sedikit mengalihkan perhatian Leon. Namun ia tak bisa berhenti memperhatikan setiap gerakan Emily.

"Pak Leon, anda baik baik saja?" Bisik Emily saat mereka berjalan bersama karyawan lain untuk melihat teknologi terbaru yang akan dipakai untuk pembuatan iklan.

"Aku baik baik saja Em. Sama seperti kamu yang tampak baik."

Emily mengangguk dan mereka kembali fokus melihat pemaparan produk iklan.

Setelah rapat selesai, Emily dan Leon berjalan memasuki ruangan direktur utama.

Leon langsung duduk di belakang meja kerjanya, sambil melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.

Emily menghampiri meja Leon dan menyodorkan segelas air putih.

"Dari tadi bapak hanya minum sedikit. Cuaca disini sedang sangat kering. Jangan sampai bapak dehidrasi." Ucap Emily kemudian langsung berbalik.

Leon menarik tangan Emily dan mendorong tubuh sekretarisnya itu ke tembok.

"Kamu terlihat biasa saja Em. Padahal tubuhku sudah panas dingin hanya dengan melihat kamu bergerak di depanku."

"Lantas bapak mau saya bagaimana?" Tanya Emily dengan suara serak karena terkejut.

Leon memeluk tubuh Emily. Sedangkan Emily berdiri dengan kaku karena tidak menyangka dengan tindakan bosnya.

"Biarkan aku seperti ini sebentar. Rasanya aku mau gila kalau gak meluk kamu. Aku berusaha menahan diri Em. Aku ingin sekali menggerakan tanganku, jariku untuk menyentuh kamu. Aku suka reaksimu saat merespon sentuhanku. Begitu seksi dan menggairahkan. Aku ga bisa berpikir waras Em."

Leon mencium leher Emily, dan aroma bunga lili yang Leon sukai telah memenuhi indera penciumannya.

"Pak, what are you doing?" Tanya Emily dengan terkejut.

"Aku menyukai aroma tubuhmu, aroma yang menenangkan."

"Pak, anda harus berhenti. Sebelum anda menyesal." Ucap Emily.

Leon menatap wajah Emily dari  dekat dan semakin mendekati wajah Emily. Leon mengusap pipi Emily kemudian menelusuri bibir Emily dengan jari jempolnya. Leon menatap ke dalam mata

"Dorong aku Em jika kamu tidak menginginkannya, karena saat ini aku ingin sekali mencium bibirmu." Bisik Leon di depan bibir Emily.

..... BERSAMBUNG .....

Publish : 24 03 2024

My Cute Secretary [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang