22. benarkah asing?

51 8 0
                                    

" Fab, Lo mau ngantin? "

Fabian menggeleng, ia menunjuk kotak bekal yang ada di atas meja belajarnya. Menunjukan pada Sandi bahwa seperti biasanya, ia membawa bekal dari rumah untuk mengurangi pengeluarannya.

Bersama teman sebangkunya, Tian. Fabian menyusun komitmen untuk menabung bersama guna melancarkan tujuan mereka, merantau dengan biaya mereka sendiri.

" bangga banget gue Fab, Lo bisa masak telor walaupun gosong seperempatnya."
Puji Tian, Fabian tersenyum bangga. Ia buka kotak bekal yang berisi segumpal nasi dan dua buah telur yang ia goreng matang menuju terlalu matang.

Fabian banyak berubah, apalagi setelah ia putus cinta. Tian berusaha tetap bersikap biasa begitu juga dengan Fabian. Tidak seperti biasanya yang selalu membuat kegaduhan kini Fabian lebih serius belajar, ia jarang keluar rumah dan hampir menolak semua ajakan main dari teman-temannya termasuk Sandi.

" titip makan gue dulu, jangan sampe dicium kucing."

" Lo mau kemana memangnya?" Tanya Fabian.

" mau isi botol minum, gue lupa enggak isi tadi." kata Tian, untungnya di sekolah ini disediakan banyak dispenser air baik untuk siswa ataupun guru dan warga sekolah.

Saat tengah menghabisk3an makannya Fabian merasa meja di belakangnya terdorong sedikit ke depan, membuatnya semakin terhimpit oleh meja yang terlalu kecil untuknya itu.

" maap Fab, gue enggak sengaja."

" hm" jawab Fabian sambil terus mengunyah makanannya, karena ia sempat melirik tentu ia tahu jika orang yang berulah itu Melisa, ia pasti ingin duduk di meja Amaya untuk mengajaknya ke kantin.

Ya, saat ini Amaya masih menempati kursi di belakangnya. Satu bulan lalu, kejadian pahit yang menimpa Amaya nyatanya merubah gadis itu secara keseluruhan. Setelah ditimpa masalah bertubi-tubi kepindahannya pun akhirnya terpaksa dibatalkan.

Namun semenjak mendapatkan masalah ditambah ia harus merawat adiknya yang masih dirawat di rumah sakit, kini Amaya tinggal seorang diri di rumahnya. Kabar yang Fabian tau adalah Rini yang kini dirawat di rumah sakit jiwa semenjak insiden tragis yang hampir merenggut nyawanya sendiri.

Kini tidak ada lagi Amaya yang selalu emosi, tertawa terbahak-bahak, marah, ramah, dan aktif di kelas. Gadis itu berubah 180° menjadi pendiam, selalu menghindari orang lain, selalu terlihat lesu, dan selalu berusaha terlihat baik-baik saja dengan upayanya tetap tersenyum.

Seolah, tidak ada hari dimana dia berbicara lebih dari 30 kata.

Itulah yang kira-kira menjadi obrolan teman-teman sekelas termasuk ketika ia mengobrol dengan teman satu gengnya.

" Ayo jajan, hari ini Lo mau makan apa?" ajaknya, tapi seperti hari-hari kemarin wanita itu memilih diam di kelas menghabiskan waktunya dengan diam atau menelungkupkan wajah.

" kalau gitu gue ke kantin ya, kalau butuh sesuatu telfon gue aja." Ucap Melisa sambil melangkah pergi

" iya."

Seperginya Melisa dari sana Fabian menghentikan suapannya, ternyata hanya tinggal dirinya juga Amaya di kelas. Suasana hening, tidak ada suara lain yang terdengar selain bisingnya keributan dari para siswa di luar kelas.

" ekhm" Fabian berdehem, rasanya canggung jika hanya berdua di kelas tanpa orang lain. Harapannya semoga Tian cepat kembali kesini.

Tanpa sebab hubungan mereka tiba-tiba menjauh, seolah tidak saling mengenal dan kembali pada waktu dimana mereka saling acuh tak acuh.

" Eyow ma bro, gimana, makanan gue aman kan?" Tian berteriak dari jendela terbuka yang ada di samping mejanya.

" makanan lo aman, telinga gue yang terancam." Balas Fabian kesal.

Love Zone - I'm To SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang