Halo gais, jangan lupa untuk vote dan komen yaa ^^
Selamat membaca <3
Suara dentuman antara sepatu Converse dengan ubin lantai sekolah terdengar dengan sangat nyaring. Sang pemilik sepatu Converse terus berlari dengan kecepatan maximal hingga berhenti tepat di depan sebuah kelas bertuliskan 'XII IPS 1'. Dadanya bergerak naik dan turun dengan tak berirama, kakinya mulai terasa pegal, dan keringatnya mulai menampakkan diri.
Arelle mencoba menenangkan napasnya yang terengah-engah. Kedua matanya melirik layar ponsel yang menunjukkan waktu saat ini, yaitu pukul 6.50 WIB. Dengan perlahan Arelle melangkah masuk ke dalam kelas dan mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi yang terletak di barisan ketiga.
"Tumben banget telat, kenapa lu?" tanya seorang gadis berambut pendek ketika Arelle baru saja duduk di sebelahnya.
Kepala Arelle menoleh, menatap teman sebangkunya, yaitu Kala. "Kesiangan gue."
Tak lama seorang remaja laki-laki berdiri di depan kelas, tubuhnya tegap tinggi. Tentu saja Arelle tidak merasa asing dengan laki-laki itu, karena laki-laki tersebut adalah sang ketua kelas XII IPS 1.
"Ayo cepet-cepet, upacara jam 7.15 dimulai!!!!" ucap Mahen dengan tegas kepada seluruh teman-temannya. Dan benar saja, semua orang melangkah keluar kelas dengan cepat dan menuju ke lapangan upacara.
Hari ini adalah hari Senin. Hari pertama diawal minggu yang selalu membuat beberapa orang merasa kesal. Selain menjadi hari pertama setelah hari libur di akhir pekan, hari Senin adalah hari yang mewajibkan seluruh sekolah untuk melakukan upacara bendera.
"Sumpah, gue baru duduk, Kal!" seru Arelle pada Kala yang sedang memakai topi berwarna abu-abu.
"Lagian lu telat! Ayo gc!" Kala berdiri dari duduknya dan disusul oleh Arelle. Mereka berdua adalah orang terakhir yang keluar dari kelas.
Arelle maupun Kala bergegas ke lapangan untuk mengikuti upacara bendera, walaupun sebenarnya mereka berdua merasa malas, tapi tetap saja mereka tidak bisa kabur. Namun ternyata dibelakang mereka, Mahen mengikuti. Bahkan Mahen berbaris tepat di sebelah Arelle saat mereka telah tiba di lapangan.
Saat menatap wajah Arelle, Mahen sedikit khawatir karena wajah cantik Arelle seperti menunjukkan wajah yang lelah dan lemas. "Lo gak sakit, kan Rel??"
Gadis cantik sang pemilik rambut hitampun menoleh ke samping saat Mahen melemparkan pertanyaan. "Enggak kok."
"Serius?"
"Iya, tadi cuma lari-lari karena takut telat aja." Arelle menunjukkan senyumannya.
"Kalau pusing atau gak enak badan, bilang ya," balas Mahen dengan masih merasa khawatir dengan kondisi Arelle.
"Amannn."
Tepat saat pukul 7.15 upacara kenaikan bendera merah putihpun dimulai. Namun walaupun upacara dilaksanakan dengan khidmat dan lancar, tetap saja ada beberapa siswa/i yang asik berbincang sendiri, sehingga menimbulkan suara berisik dan tidak konsentrasi dengan upacara bendera hari ini.
Untung saja Arelle berbeda dengan beberapa siswa/i yang asik sendiri saat upacara berlangsung. Walaupun Arelle merasa pegal, Arelle tetap diam dengan tenang seraya menyaksikan upacara dimulai hingga berakhir.
Kini seluruh siswa/i telah membubarkan diri dari lapangan dan kembali ke kelas masing-masing, karena upacara bendera telah selesai dilaksanakan. Maka inilah saatnya Arelle dapat bernapas dengan sangat lega.
Saat Arelle hendak kembali ke kelas, tiba-tiba saja Kala berdiri tepat di hadapan Arelle. "Langsung ke kelas? Gak kantin dulu???"
Pertanyaan yang diberikan oleh Kala membuat Arelle terdiam sejenak untuk berpikir. "Kantin deh, ayo!"
Seketika senyuman bahagia terukir di wajah Kala. Kini kedua gadis cantik itu berjalan beriringan menuju ke kantin sekolah. Namun rupanya kantin sangat ramai dan mulai terasa panas. Arelle dan Kala segera memesan jus, lalu mereka kembali ke kelas XII IPS 1. Lebih baik mereka menghabiskan jus di kelas daripada di kantin, karena sangat ramai dan panas.
"Sumpah! Hari ini panas banget!" Kala berbicara seraya duduk di kursinya, lalu meminum jus Alpukat yang sebelumnya ia beli di kantin sekolah.
Arelle meneguk jus strawberrynya dengan cepat. "Iya, ini Jakarta lagi deket sama matahari atau gimana?"
"Tau ih, anjirr!" Kala melanjutkan meminum jus Alpukat miliknya.
Pembicaraan mereka selesai. Arelle fokus menghabiskan just Strawberry miliknya sendiri, sedangkan Kala fokus memainkan ponsel seraya meminum jus Alpukatnya. Suasana diantara mereka berdua menjadi hening, tetapi keheningan itu tidak berangsur lama, karena Arelle teringat sesuatu hal dan harus memberitahukannya kepada Kala, sahabatnya sekaligus teman sebangkunya.
"Kal, lo tau kan kalau bokap gue mau nikah?" tutur Arelle dengan kedua mata yang menatap Kala.
Kala sendiri melirik matanya ke ara Arelle , kemudian Kala menasruh ponselnya di atas meja dan fokus mendengarkan Arelle. "Tau gue. Kenapa memangnya?"
"Sumpah ini plot twist banget, Kal!" ucap Arelle dengan bersemangat.
"Apaan anjir, lu jangan bikin gua penasaran."
"Calon istrinya bokap gue punya tiga anak dan plot twistnya, salah satu anaknya itu si Mahendra." Arelle berbicara dengan pelan agar tidak ada yang mendengarnya selain Kala.
Seketika rahang Kala terbuka, kedua matanya menatap teman sebangkunya dengan tatapan tidak percaya sekaligus terkejut. "DEMI APAAN, ANJRIT!!!"
Teriakan Kala yang tiba-tiba, membuat seluruh penghuni kelas XII IPS 1 menatap Kala maupun Arelle dengan terkejut. Disaat itu pula Arelle langsung membekap mulut Kala dengan kedua tangannya.
"Jangan teriak-teriak!" omel sang gadis pemili rambut hitam panjang. "Cukup lo aja yang tau tentang ini. Gua gak mau ada gosip jelek karena gua sama Mahen jadi saudara tiri."
Berbeda dengan sebelumnya yang beteriak, kini Kala hanya mengacungkan ibu jarinya sebagai tanda bahwa Kala memahami ucapan Arelle. Setelah itu Arelle berhenti membekap mulut Kala agar perempuan berambut pendek itu bisa berbicara kembali.
"Lo kapan taunya?" tanya Kala dengan penasaran.
"Pas malem minggu, pas papah lamar calon istrinya."
Kala tersenyum masih tidak menyangka bahwa sahabatnya akan memiliki hubungan saudara tiri dengan sang ketua kelas, yaitu Mahendra. Namun apabila banyak orang yang mengetahui informasi ini, tentu saja Arelle maupun Mahen akan mendapatkan berbagai macam ledekkan dari teman-teman sekelas yang lain.
Tangan kanan Arelle meraih sebuah undangan pernikahan berwarna putih cream dan memberikannya kepada Kala. "Lo wajib dateng!"
Dengan penuh semangat Kala menerima undangan pernikahan yang diberikan oleh Arelle. "Siap!"
"Bawa gandengan," Arelle berbicara untuk mengganggu Kala, karena Arelle tau bahwa Kala masih single atau belum memiliki kekasih.
"Yeu, gila lo! Ngaca deh, lu punya gandengan gak!" protes Kala seraya membuka undangan pernikahan yang diberikan oleh sahabatnya.
"Ada, nanti Charlie Puth dateng ke nikahan bokap gua," jawab Arelle dengan bercanda. Ya, tidak mungkin juga Arelle mengundang Charlie Puth ke pernikahan Edwin dan Kanaya, kecuali Arelle membayar Charlie Puth sesuai dengan tarif harga Charlie Puth yang tentu saja tidak murah.
Kala hanya menggelengkan kepala untuk menanggapi kehaluan sahabatnya yang sangat tergila-gila dengan Charlie Puth. Kedua mata Kala kini membaca isi dari undangan pernikahan yang diberikan oleh Arelle.
Tak lama, seorang remaja laki-laki datang ke tempat duduk Arelle dan Kala. Tubuhnya sangat tinggi bahkan bisa menutupi tubuh Arelle ketika Arelle sedang duduk di kursinya.
"Kayak kenal undangan itu," tutur Mahen saat melihat Kala membaca undangan pernikahan Edwin dan Kanaya.
-To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Arelle and Her Stepbrothers
RomanceSiapa sangka setelah bertahun-tahun kepergian sang mamah, membawa Arelle berada dalam sebuah keluarga baru? Edwin memutuskan untuk menikah kembali dengan Kanaya, seorang single parent yang memiliki tiga anak laki-laki. Tentu saja pernikahan antara E...