Part 9 : Call Me If You Need Me

337 25 0
                                    

Sesampainya Arelle, Mahen, dan Eric di mall, mereka bertinga mengunjungi beberapa toko pakaian laki-laki maupun perempuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya Arelle, Mahen, dan Eric di mall, mereka bertinga mengunjungi beberapa toko pakaian laki-laki maupun perempuan. Tak hanya itu, mereka juga mampir ke toko skincare dan make up, disana Eric membelikan semua barang yang dipegang oleh Arelle, walaupun Arelle sendiri hanya berniat untuk melihat-lihat, tetapi Eric membayar semuanya hingga Arelle membawa dua paperbag berisi penuh. Setelah berbelanja, ketiganya pergi ke restaurant sushi untuk makan siang. Ketiganya berbincang dan bercanda tanpa ada rasa canggung, walaupun sebenarnya mereka baru menjadi keluarga. 

Selesainya berbelanja dan makan di mall, kini Eric mengemudikan mobilnya kembali menuju ke kediamannya yang terletak di ibu kota Jakarta. Selama di jalan, Mahen tertidur lelap di kursi belakang karena lelah, sehingga kini hanya Eric dan Arelle yang masih terbangun, terlebih Eric harus mengemudikan mobilnya. 

"Besok kamu sekolah?" Eric bertanya kepada Arelle untuk memecah keheningan. 

Arelle mengalihkan pandangannya dari layar ponsel menjadi menatap Eric yang mengemudi di sebelahnya. "Iya." 

"Kalau ke sekolah dianter jemput siapa?" 

"Tadinya naik ojol, tapi sekarang bareng Mahen." 

Eric diam sejenak, fokus mengemudi seraya memikirkan sesuatu. "Saya lebih sering pulang ke apartemen saya dibandingkan pulang ke rumah. Kalau kamu butuh bantuan atau butuh sesuatu, kamu bisa hubungi saya." 

Ucapan yang dilontarkan oleh Eric membuat Arelle terkejut. "Eh? Makasih kak, tapi tenang aja, aku selalu sama Mahen nanti kalau butuh apa-apa, aku pasti bilang ke Mahen." 

Tidak langsung menjawab, Eric menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa dia memahami ucapan adik tiriny. Setelah itu Eric kembali terdiam dengan ekspresi wajahnya yang tetap tenang. "Masalah Genta, saya tidak meminta kamu untuk memaklumi sifat dan perilaku dia, tapi saran saya kamu jangan berurusan sama dia." 

"Iya kak, Mahen juga sudah bilang sama aku." 

"Kamu, kalau kamu bosan di rumah, kamu bisa main ke apartemen saya." 

Manik mata Arelle menatap wajah tampan Eric yang selalu terlihat tenang dan berwibawa. "Iya, makasih kak." 

Tak lama mobil Porsche Panamera berwarna abu milik Eric berhenti tepat di depan sebuah kediaman yang cukup besar. Ya, rumah itu adalah rumah Kanaya yang kini ditinggali oleh Kanaya, Edwin, dan anak-anaknya. Disaat itu Arelle melangkah keluar dari dalam mobil seraya membawa dua paperbag besar yang berisikan skincare serta make up yang dibelikan oleh Eric. Tak hanya Arelle, tetapi Mahen juga ikut melangkah keluar dari dalam mobil itu, namun tidak dengan Eric. 

"Lu balik ke apartemen?" tanya Mahen yang berdiri di luar mobil, sedangkan Eric masih setia duduk di kursi kemudi. 

"Iya." 

"Yaudah, hati-hati, makasi traktirannya," tutur Mahen dengan senang. 

Eric hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan, kemudian menatap Arelle yang berdiri di sebelah Mahen. "Kalau ada apa-apa, hubungi saya, ya." 

Arelle and Her StepbrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang