Part 5 : Rumah Baru

310 24 0
                                    

Setelah beberapa waktu lalu Edwin melamar Kanaya, mereka berduapun memutuskan untuk melaksanakan pernikahan mereka berdua tepat setelah satu bulan lamaran mereka, yaitu besok hari yang merupakan hari Sabtu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah beberapa waktu lalu Edwin melamar Kanaya, mereka berduapun memutuskan untuk melaksanakan pernikahan mereka berdua tepat setelah satu bulan lamaran mereka, yaitu besok hari yang merupakan hari Sabtu. Edwin dan Kanaya memilih hari Sabtu agar memiliki satu hari untuk beristirahat, yaitu hari Minggu. 

Oleh karena itu, hari ini adalah hari Jumat, satu hari sebelum pernikahan Edwin dan Kanaya. Di hari ini, Arelle dan Edwin akan memindahkan seluruh barang-barang mereka ke kediaman Kanaya dengan ketiga putra kandungnya. Sebelumnya Edwin dan Kanaya sepakat untuk tinggal di rumah Edwin setelah mereka berdua menikah, tetapi sulitnya putra kedua Kanaya untuk meninggalkan rumah mereka sebelumnya, membuat Edwin mengalah, sehingga Edwin dan Arellelah yang pindah ke rumah Kanaya agar mereka bisa tinggal bersama mulai besok. 

Hari ini, Mahen membantu Arelle dan Edwin untuk memindahkan barang-barang milik ayah dan putrinya itu dari dalam mobil Edwin ke kamar mereka masing-masing. Mahen membawa sebuah koper berwarna pink dan tas ransel milik Arelle menuju ke lantai dua rumah Kanaya dengan ketiga putranya. Langkah kaki Mahen berhenti tepat di sebuah kamar yang terletak di lantai dua, tepatnya di depan tangga. Tidak hanya Mahen yang berhenti melangkah, tetapi Arelle yang sebelumnya mengikuti Mahen dari belakang, kini juga menghentikan langkah kakinya. 

Dengan perlahan Mahen membuka pintu kamar itu dan memperlihakan isi kamar yang sangat rapi dengan nuansa berwarna pink. Ya, Kanaya dan Mahen mendesign kamar ini untuk Arelle, sehingga nuansa terlihat sangat girly dengan berwarna pink. 

"Oke, jadi gua sama mamah design kamar ini untuk lu," ucap Mahen, lalu menatap Arelle. "Lu suka warna pink, kan?" 

Saat itu juga senyuman Arelle terukir di wajahnya yang cantik, sehingga membuat dirinya semakin cantik dengan senyuman itu. "Suka, kok." 

Senyuman Arelle membuat Mahen ikut tersenyum. "Oh ya, kamar gua ada di ujung lorong, kalau perlu apa-apa langsung ke kamar gua aja." 

Ucapan Mahen membuat Arelle terdiam sejenak untuk berpikir. Jika kamar Mahen berada di ujung lorong lantai dua rumah ini, lantas kamar yang berada tepat di sebelah kamar Arelle, kamar siapa? Ini menjadi pertanyaan bagi Arelle karena sebelum memasuki kamar ini, Arelle melihat sebuah pintu kamar yang terletak tepat di sebelah kamarnya. 

"Terus kamar sebelah, kamar siapa?" tanya gadis cantik pemilik rambut hitam panjang itu dengan perasaan penasaran. 

"Oh, itu kamar kakak gua," jawab Mahen. 

Arelle memiringkan kepalanya. "Kakak lo yang mana?" 

"Yang kedua." 

"Namanya?" 

"Genta." 

Kini gadis pemilik rambut hitam panjang itu terdiam, mencerna ucapan Mahen. "Kakak lo yang pertama, siapa namanya?" 

"Eric. Kalau dia kamarnya di bawah," jelas Mahen. 

Kini Arelle hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa dia memahami ucapan Mahen. Selain itu Arelle tidak ingin memperpanjang pembicaraan terkait Eric dan Genta, karena Arelle tau bahwa Mahen memiliki hubungan yang tidak terlalu baik dengan kedua kakaknya. 

Setelah itu, Mahen bergerak membantu Arelle untuk menaruh koper, tas ransel Arelle, dan beberapa barang-barang milik Arelle di dalam kamar itu. Namun tidak membutuhkan waktu yang lama, karena kini Mahen sudah selesai membantu calon adik tirinya itu dan Mahen berniat untuk kembali ke kamarnya sendiri karena ingin beristirahat. 

"Oke, gua balik ke kamar dulu, kalau butuh apa-apa langsung ke kamar gua aja," tutur Mahen seraya melangkah keluar dari kamar Arelle. 

"Iya, thanks ya Mahen," jawab Arelle dengan hangat, lalu kini kedua kaki Mahen telah keluar dari kamar Arelle dan berada tepat di depan pintu kamar gadis itu. 

"Oh ya satu lagi, kalau lu liat Genta atau ketemu Genta, lu diem aja gak usah ngomong apa-apa, dia orangnya gampang emosi, apalagi suasana lagi begini." Mahen memberikan penjelasan terakhir sebelum pergi meninggalkan kamar Arelle dan kembali ke kamarnya sendiri. 

Sang pemilik rambut hitam panjang itu menganggukkan kepalanya. "Oke." 

Tepat setelah itu, Mahen melangkah pergi dan kembali ke kamarnya sendiri, meninggalkan Arelle di kamar Arelle sendiri. Disisi lain, Arelle menutup pintu kamarnya, kemudian kembali merapikan barang-barangnya, seperti memasukkan seluruh pakaian ke dalam lemari, lalu menyusun skincare serta make up di meja rias, kemudian memasukkan seluruh buku-buku ke dalam lemari buku, dan terakhir menaruh laptop serta menyusun beberapa barang di atas meja belajarnya. Kini kamar dengan nuansa pink itu sudah terlihat sangat rapi, benar-benar kamar milik perempuan. 

Merasa lelah setelah merapikan barang-barangnya, Arellepun melirik jam dinding. Ternyata waktu telah menunjukkan pukul setengah enam sore. Arelle merasa haus, lalu gadis cantik itu memutuskan untuk melangkahkan kedua kakinya keluar dari dalam kamar. Arelle memiliki tujuan ke dapur, karena ingin meminum segelas air. 

Klek 

Pintu kamar itu terbuka dengan perlahan, tetapi kedua kaki Arelle berhenti melangkah ketika tanpa sengaja kedua mata Arelle menangkap sesosok pria tubuh tinggi, dengan rambut hitam pekat, dan kulit putih yang bersih. Arelle tampak terkejut dan merasa asing dengan pria itu, sehingga dia hanya bisa diam melihatnya. Namun pria itu sendiri hanya menatap Arelle dengan tatapan tajam, terlebih pria itu memiliki alis yang tebal, sehingga siapapun yang melihatnya akan merasa terintimidasi. 

"Dia, siapa?" batin Arelle. 

Langkah pria itu cepat-cepat membawanya masuk ke dalam sebuah kamar yang terletak tepat di sebelah kamar Arelle. Bahkan pria itu juga menutup pintu kamarnya dengan kencang, sehingga mampu mengejutkan Arelle. Walaupun sedikit terkejut, tapi Arelle langsung mengetahui bahwa pria itu adalah Genta, yaitu putra kedua Kanaya. Ya, Arelle tidak menyangka akan bertemu dengan Genta secepat ini. 

Pikiran gadis itu kembali ke ucapan Mahen sebelumnya. Ternyata benar, Genta adalah pria yang terlihat emosional, terlebih sebelumnya Genta telah melihat Arelle tanpa disengaja. Selain itu, Arelle juga mengetahui bahwa sampai detik ini Genta masih tidak menerima Edwin sebagai calon papahnya, maka dapat disimpulkan bahwa Genta juga tidak menerima Arelle sebagai adik tirinya. Oleh karena itulah pria tinggi itu memberikan tatapan tajam dan terlihat mengintimidasi kepada Arelle. 

Kini gadis cantik itu menghela napasnya dan kembali melangkah ke dapur untuk mengambil segelas air mineral. Mulai hari ini Arelle tinggal di rumah Kanaya, tetapi tidak dengan Edwin. Hal tersebut dikarenakan Edwin belum sah menjadi suami Kanaya, sehingga Edwin harus tinggal di rumah lama dan baru bisa tinggal di satu atap yang sama dengan Kanaya dan keluarga barunya yaitu esok, setelah pesta pernikahan selesai. 

Ketika Arelle baru selesai meneguk air mineralnya, Arelle bertemu dengan asisten rumah tangga di kediaman ini. Wanita paruh baya dengan tubuh yang kecil dan sedikit berisi. Wanita itu bernama Sumi atau Kanaya dan ketiga putranya sering memanggilnya dengan mbak Sumi. 

"Mbak Sumi!" pekik Arelle. 

Wanit paruh baya itu menoleh dan menatap Arelle. "Iya, neng Arelle?" 

"Kak Genta itu sering keluar kamar gak sih?" Arelle merasa penasaran, tetapi Arelle tidak berani bertanya kepada siapapun kecuali mbak Sumi. 

"Oh, mas Genta mah jarang keluar kamar, palingan keluar kamar buat berangkat ke kampus atau mau pergi gitu, neng." 

"Dia gak pernah makan gitu?" 

"Jarang banget neng, tapi ibu Kanaya sering minta saya bawain makanan ke kamar mas Genta." 

Kepala Arelle menghadap tangga rumah ini. Genta benar-benar pria yang terlihat berbeda dengan Mahen. Namun ada sebuah rasa penasaran yang bersemayam dipikiran Arelle. Sebelum meninggalnya Rony, yaitu papah kandung Mahen dan kedua kakaknya, apakah Genta memiliki sifat yang sama seperti saat ini? Atau justru Genta adalah pria yang penuh dengan kebahagiaan. Arelle benar-benar merasa penasaran. 

-To Be Continue

Arelle and Her StepbrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang