Melihat jarum jam yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi membuat Arelle memasukkan seluruh roti sandwich yang tersisa setengah ke dalam mulutnya. Arelle tidak peduli jika mulutnya kepenuhan karena roti sandwich, yang penting perut Arelle terisi.
"ARELLE, CEPETAN!!!" teriak Mahen seraya berlari ke garasi rumah untuk menyalakan motor.
Ya, Arelle dan Mahen kesiangan sehingga mereka tidak memiliki banyak waktu untuk berangkat ke sekolah. Gadis itu cepat-cepat berpamitan dengan kedua orang tuanya, walaupun dimulutnya masih ada sandwich yang tersisa setengah.
"Hati-hati di jalan," ucap Kanaya kepada Arelle, lalu memandangi gadis itu berlari keluar rumah.
Setibanya di luar rumah, Arelle langsung loncat untuk duduk di atas motor Mahen, kemudian menepuk pundak laki-laki itu berkali-kali sebagai tanya untuk jalan sekarang. Mahen yang paham dengan tepukan Arelle di pundaknya, membuat Mahen langsung menancapkan gas dengan kencang.
"Kalau gua gak gedor gedor pintu kamar lu, lu masih tidur nyenyak di rumah," tutur Mahen dengan masih mengemudikan motornya menuju ke sekolah.
Di belakang, Arelle menelan sandwich yang ada di dalam mulutnya, lalu berbicara walaupun rasanya tenggorokannya sangat seret. "Lu juga kesiangan ya!!!"
"PEGANGAN," teriak Mahen karena kecepatan motor yang tinggi membuat mereka menembus udara, sehingga pendengaran mereka akan terganggu dengan gemuruh angin.
"APAA???"
Ternyata teriakan Mahen sia-sia, karena Arelle tetap saja tidak mendengarnya. Remaja laki-laki itu langsung menancapkan gasnya lagi, membuat Arelle terkejut dan hampir jatuh, tapi siap-siap dia langsung memeluk tubuh Mahen.
"PELAN-PELAN MAHEN!!!" Arelle berteriak tepat di telinga Maheh.
"GAK BISA, NANTI UPACARANYA KEBURU DIMULAI"
Setelah menerjang jalanan ibu kota dengan kecepatan tinggi, akhirnya mereka tiba juga di sekolah yang memiliki tulisan Jakarta Royals High School. Namun sialnya mereka ternyata pintu gerbang sudah tertutup dengan rapat.
"Yah Mahen, gimana dong," ujar Arelle kecewa seraya menatap pintu gerbang yang sudah tak lagi dibuka.
"Lewat belakang ya?"
Arelle terkejut dan langsung menatap laki-laki di depannya dengan masih setia duduk di atas motor Kawasaki itu. "Emang bisa?"
"Bisa."
Mahen segera memarkirkan motornya di parkiran sekolah, lalu mereka berjalan kaki ke belakang sekolah. Langkah mereka berdua terhenti saat mereka tiba di tembok belakang gerbang sekolah.
"Naik dari sini," ucap Mahen.
Gadis cantik itu menatap tembok di depannya dengan ragu. "Tapi ini tinggi banget, gak ada tangga juga, terus kalau ketauan OSIS yang lagi jaga, gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arelle and Her Stepbrothers
RomanceSiapa sangka setelah bertahun-tahun kepergian sang mamah, membawa Arelle berada dalam sebuah keluarga baru? Edwin memutuskan untuk menikah kembali dengan Kanaya, seorang single parent yang memiliki tiga anak laki-laki. Tentu saja pernikahan antara E...