Part 7 : Family Breakfast

323 22 0
                                    

Ketika bulan telah menampakkan dirinya di langit yang gelap, disaat itulah Arelle dengan keluarga barunya kembali ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika bulan telah menampakkan dirinya di langit yang gelap, disaat itulah Arelle dengan keluarga barunya kembali ke rumah. Malam ini langit cukup cerah, bahkan sejak tadi pagi hujanpun tidak turun. Setidaknya Arelle bersyukur karena hari ini berjalan dengan lancar dan selain itu, kini Kanaya telah resmi menjadi ibu Arelle, walaupun ibu sambung. Namun tak hanya Kanaya, tetapi Mahen, Eric, dan Genta juga telah menjadi saudara tiri Arelle. 

Setibanya di rumah, Arelle melangkah dengan lelah dan letih bersama Mahen ke lantai atas rumah ini. Keduanya masih memakai pakaian yang rapih, Arelle memakai gaun, sedangkan Mahen memakai jas. Namun karena Arelle sangat lelah, maka ia tidak memakai high heelnya dan high heels itu dibawa oleh Mahen. 

"Besok sarapan pagi, mau dibangunin atau bangun sendiri?" Mahen memberikan pertanyaan disaat kedua kaki mereka sedang berusaha menaiki anak tangga. 

"Gue bisa bangun sendiri." Arelle menatap laki-laki di sebelahnya dengn senyuman. 

Tepat saat kedua kaki mereka berhasil menyentuh lantai dua rumah ini, seketika mereka diam karena melihat Genta berada di luar kamar dengan memakai kaos abu, celana hitam, dan jaket kulit hitam. Laki-laki itu baru saja keluar dari dalam kamarnya, lalu Genta menatap Arelle maupun Mahen dengan tatapan tidak suka. 

Mahen sendiri menghela napas seraya menatap kakak keduanya. "Mau kemana?" 

"Bukan urusan lu." Kedua kaki Genta dengan cepat melewati Mahen dan Arelle untuk menuruni anak tangga. 

Biasanya Mahen akan tidak peduli dengan apapun yang dilakukan oleh Genta, tapi kali ini berbeda. Mahen membalikkan tubuhnya dan menatap pundak Genta yang menjauh. "Gua gak peduli lu mau kemana, tapi besok pagi ada sarapan keluarga, jangan bikin mama makin stres sama lu." 

"Gua gak tertarik," lalu Genta pergi begitu saja dan menghilang dari pandangan Mahen maupun Arelle. 

Mahen menghela napasnya lalu melangkahkan kakinya kembali menuju ke kamar Arelle. Jemarinya melepaskan high heels dan mengembalikan kepada sang pemiliknya, yaitu Arelle. "Besok-besok bawa sendal." 

Arelle tersenyum. "Iya, next time gue bawa sendal deh. Makasih ya." 

"Anytime." 

"Oh ya, Mahen." Arelle kembali berbicara sebelum Mahen pergi meninggalkan kamar Arelle untuk kembali ke kamar Mahen sendiri. "Menurut lo, kak Genta besok pagi bakalan ikut sarapan gak ya?" 

"Gak ada yang bisa maksa dia, kalau dia gak mau, yasudah." 

Gadis cantik itu menganggukkan kepalanya dengan perlahan. Tampaknya akan sangat sulit Genta menerima Arelle dan Edwin sebagai keluarga barunya. Arelle sendiri tidak masalah jika Genta memang benar-benar tidak bisa menerima Arelle dan akan bersikap dingin kepadanya, tetapi rasanya Arelle sangat khawatir jika kakak laki-lakinya itu tidak bisa menerima kehadiran Edwin. 

"Yasudah, gue ke kamar dulu ya," pamit Mahen seraya menunjukkan senyumannya. 

"Iya." 

Tepat saat Mahen pergi, Arelle masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamarnya. Gadis cantik itu segera membersihkan dirinya sendiri di dalam kamar mandi, kemudian mengganti pakaiannya dengan piyama berwarna pink untuk tidur malam ini. 

Arelle and Her StepbrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang