Pukul 3 sore sekarang, cuaca sangat terik sampai mata terasa sakit tuk menentangnya. Ada Kaivan yang sedang memarkir motor besarnya di halaman rumah, baru pulang sekolah. Wajah tampan itu terlihat kusut dan lelah, sepertinya ia melalui hal berat hari ini di sekolah.
Tak tahan berlama-lama di bawah panas, ia segera berlari masuk ke dalam rumah.
Pandangan Kaivan tak sengaja mengarah ke garasi, dan di sana sudah terparkir juga motor Kaizan. Langkah Kaivan semakin riang kala mengetahui sang Abang sudah pulang
Saat Kaivan hendak berlari menaiki tangga kamar, tiba-tiba ia mencium aroma masakan yang sangat lezat. Aroma itu menyeret langkahnya menuju dapur.
Kaivan tiba di dapur, namun aroma lezat itu seketika menghilang.
Ting..., suara dentingan sendok yang beradu.
Kaivan terkejut, dan celingukan mencari sumber suara.
Netranya membelalak kala melihat ada seorang perempuan yang duduk membelakanginya di meja makan.
Jelas ia terheran demikian karena rumah mereka sama sekali tidak pernah dimasuki perempuan.
"Ma-maaf, kamu si..,"
Srep...., perempuan itu membalik wajah menghadap Kaivan.
"Aaaaa!" teriak Kaivan sejadi-jadinya.
Sosok itu tersenyum menyeramkan ke arah Kaivan, lalu berdiri dari tempat duduknya dalam keadaan kaki tidak menapak lantai.
Brugh..., tak sanggup menyaksikan itu semua, Kaivan jatuhkan diri untuk kedua kalinya.
Sosok itu semakin mendekati Kaivan, sepertinya akan melakukan sesuatu yang buruk.
"Kaivannn," teriak Kaizan tiba-tiba. Beruntung ia datang di waktu yang tepat.
Sosok itu langsung menghilang saat Kaizan tiba di situ.
Detik itu juga Kaizan lekas menelepon sang Ayah. Tangannya gemetaran luar biasa mencari nomor Ayahnya.
Ia yakin bahwa Adiknya pasti sudah ditakut-takuti lagi oleh makhluk itu. Jeritan Kaivan barusan, persis jeritan tadi malam.
Tut..., telepon tersambung dalam hitungan detik.
"Ayah, cepat pulang. Kaiv pingsan lagi!"
Tak sempat Ayahnya berbicara, Kaizan sudah menutup panggilan. Bahkan ia sampai lupa mengucap salam tadi di awal.
"Mang Beniiiiii," teriak Kaizan sekeras mungkin.
Sehingga si empunya nama langsung datang berlari. "Ada apa, Gus?" sambarnya dengan napas terengah.
"Bantu Kaiz angkat Kaivan ke kemar,"
"Ya tuhan! Gus Kaivan kenap..."
"Nanti saja ceritanya, Mang. Ayo kita angkat dulu ke kamar," ucap Kaizan memburu dan terlampau panik.
"Baik ... baik, Gus."
Pun, Mang Beni dan Kaizan menggotong Kaivan ke dalam kamarnya. Pastinya Mang Beni sangat penasaran sekarang, karena kejadian tadi malam juga ia tidak tau sama sekali.
Tak menunggu berapa lama, Kyai Daris tiba di rumah. Dengan langkah begitu panik ia berlari menuju kamar putranya.
Di sana ia mendapati Kaizan dan Mang Beni, serta tentunya Kaivan yang terbaring tak sadarkan diri.
"Ada apa ini, Kaiz?" sambar sang Ayah dikelilingi kecemasan.
"Kaiz juga gak tau Ayah apa yang sebenarnya terjadi barusan. Kaiz tadi cuma sempat dengar teriakan Kaivan dari dapur, dan pas Kaiz lari ke sana Kaiv udah jatuh pingsan," terang sang Abang sebenar-benarnya.
"Eungh," Kaivan tiba-tiba meringis dan mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Kaiv, kamu sudah sadar nak," Kyai Daris mendekati putranya itu penuh kekhawatiran.
"Kaiv gak tau Ayah itu makhluk apaan," ucap Kaivan tiba-tiba, bahkan sebelum Ayahnya berniat menanyai.
"Dia datang lagi ternyata," batin Kyai Daris merasa Kaivam sudah tak aman.
"Sudah nak ...sudah, kamu jangan mikirin yang macam-macam dulu. Istirahat aja yang baik," lanjut Kyai Daris mencoba membuat keadaan lebih baik.
"Tapi mukanya busuk, Ayah," ucap Kaivan dengan mata yang tiba-tiba berkaca-kaca, serta suaranya bahkan bergetar mengucapkan kalimat itu.
"Iya nak...iya, gak usah dipikirin, gak usah ditakutin juga. Ada Ayah di sini, ada Bang Kaiz juga, Mang Beni. Gak usah takut ya nak, setan mana yang berani sama Ayah coba."
"Peluk Kaiv, Ayah," ringis Kaivan begitu parau.
Sang Ayah langsung memeluk Kaivan detik itu juga. Memeluknya begitu erat, berharap bisa menyalurkan keberanian untuk putranya itu.
"Tak ada jalan lain, Ayah harus menepati amalan yang dibilang Kyai Malik. Semoga dengan itu kamu bisa telepas dari tali setan ini, nak. Ayah juga tak ingin kamu berlama-lama terhubung dengan dunia mereka," batin Kyai Daris sangat menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Kembar
Teen FictionBercerita tentang seorang kyai yang memiliki putra kembar dengan segala kepribadian berbeda.