Brakkkk ...! Kaizan tiba-tiba muncul di kamar itu dan membanting pintu dengan wajah panik.
"Alsya!" tanpa basa-basi ia menghampiri gadis itu, tangannya bahkan bergetar dan matanya berkaca-kaca menggambarkan ketakutan.
"Kaizan, kamu kenapa?" Alsya balas menatap penuh kekhawatiran.
"Justru aku yang harusnya tanya .. kamu gak kenapa-napa kan?" suara itu semakin sesak dan memburu.
"A-aku gak kenap..."
"Ada apa ini sebenarnya!" sambar Kyai Daris dengan segala tanda tanya di wajahnya.
"Ayah, tadi Alsya dirun..."
Drtt drtt---
Getar hp di tangan Kyai Daris, panggilan masuk dari seseorang, sehingga Kaivan harus menjeda penjelasannya.
Kyai Daris lekas menjauh dan mengangkat telepon itu, "Halo.. Wa'alaikumussalam, Pak."
"Kyai, besar harapan keluarga besar kami jika perjodohan antara Mutia dan Gus Kaizan tetap kita lanjutkan," kalimat itu terdengar jelas dari ujung telepon sana.
Seketika raut wajah Kyai Daris berubah tak mengenakkan, "Ke-kenapa tiba-tiba sekali, Pak. Ini masalah serius yang tidak bisa kita obrolkan lewat hp .. haha. Benar bukan, Pak?"
"Ini bukan tiba-tiba, Kyai. Justru pihak keluarga Kyai yang hilang kabar semenjak pertemuan pertama dan terakhir kita di kediaman saya. Masih ingat ... haha?"
Entah kenapa balasan tawa dari kedua orang tua ini terdengar sangat horor, seperti sedang menyerang satu sama lain.
"Kami tunggu kabar baiknya, Kyai. Semoga segera dijadwalkan pertemuan keluarga kita untuk yang kedua kalinya."
"Oh iya .. tentu, segera saya kabari."
Setelah itu sambungan telepon pun berakhir dan Kyai Daris menghampiri kembali anaknya.
"Kenapa, yah?" Kaivan langsung menghujani.
Tarikan napas Kyai Daris terlihat berat, ada sesuatu yang sudah mengganggu pikirannya.
"Kaiz.." panggilnya dengan seribu beban.
"Kenapa, yah. Ada sesuatu yang terjadi?" balasnya cemas .. melihat kegelisahan sang Ayah yang tiba-tiba.
"Gus, kamu masih bersedia kan melanjutkan pernikahan dengan Mutia. Yang menelepon barusan adalah Ayahnya Mut..."
"GAKKK!" teriak Kaivan secepat kilat. Malah dirinya yang merasa keberatan.
Semua mata kini tertuju padanya, sepertinya sang Ayah akan segera mengamuk.
"Gak bisa, yah. Mutia itu bukan manusia tapi iblis berwujud manusia!" tutur Kaivan dengan emosi menggebu-gebu.
"Apa maksud kamu, Kaiv!"
Srep--- kaivan tiba-tiba saja menarik tangan Alsya.
"Ayah lihat nih, luka di tangan dan di wajah Alsya ini gara-gara Mutia bajingan itu!"
Gus Kaizan terdiam, sedangkan Kyai Daris semakin dibuat bingung, "A-apa maksud kal.."
"Okey, Ayah dengarin baik-baik. Tadi Kaiv ada urusan bentar ke ponpes mau ketemu Bang Kaiz. Nah, pas nyampe sana.. Kaiv gak sengaja mergokin Alsya lagi dirundung habis-habisan sama si Mutia dan temannya juga, ditendang segala macam, dijambak, dipukul."
"Ja-jangan ngomong yang bukan-bukan kamu, Kaiv."
"Ayah bisa cek langsung cctv di ponpes kalau gak percaya, cctv di lantai dua."
"Oh iya, ini ada sebagian bukti," lanjut Kaivan menunjukkan foto-foto kejadian yang baru saja dikirim oleh Regan.
Sungguh, Kyai Daris tak bisa berkutik sedikit pun dibuatnya. Semua yang dibicarakan Kaivan nyata adanya, tak lagi tipuan seperti hari-hari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Kembar
Teen FictionBercerita tentang seorang kyai yang memiliki putra kembar dengan segala kepribadian berbeda.