Hari Pernikahan

121 12 4
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Alsyava Binti Hafif dengan mahar seperangkat alat solat dan 700 juta uang tunai dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi?"

"Sah,"

"Sah,"

"Alhamdulillah,"

Ruang tertutup itu menjadi saksi atas pernikahan Kaivan dan Alsya hari ini.

Tak ada orang luar yang mengetahui, hanya kedua belah pihak keluarga saja yang terlibat.

Bukan niat Kyai Daris merahasiakan pernikahan anaknya itu, ia bisa saja mengatasi mulut orang di luaran sana jika sendainya berkata buruk tentang pernikahan anaknya.

Namun pernikahan tertutup ini ternyata permintaan langsung dari Kaivan. Belum siap, malu atau bagaimana? Entahlah, yang jelas saat ini ia terlihat tidak baik-baik saja.

Setelah ijab kabul selesai, kini waktunya Kaivan dan Alsya akan dipertemukan untuk pertama kalinya. Keduanya belum ada yang saling mengenal satu sama lain.

Alsya sudah menggerutu heboh sedari kemarin, bahwa ia tidak menyangka jika masa remajanya berakhir seperti ini. Sungguh suatu penghinaan besar bagi dirinya menikah dengan laki-laki cacat, benaknya.

Sedangkan Kaivan tidak memikirkan apa-apa untuk saat ini, pandangannya kosong. Tentunya ini semua serasa mimpi buruk baginya, dalam sekejap mata ia  memiliki tanggung jawab yang begitu besar.

Larut dalam lamunan, perempuan dengan kebaya putih telah tiba di hadapan Kaivan, sangat cantik sekali.

Deg ... jantung Alsya berdegup tak karuan kala menatap dekat wajah tampan Kaivan yang kini sudah bernotabe sebagai suaminya.

"Su-sumpah! Ini suami a-aku?!" batinnya heboh sendiri.

"Bodoh! Apanya yang cacat, ini lebih dari sempurna," lanjutnya kegirangan dalam hati.

"Kaiv, ini istri kamu," celetuk Kyai Daris membuyarkan lamunan Kaivan.

Gus tampan itu sedikit tersentak, "Oh, i-iya."

Hanya itu kalimat yang lolos dari bibir Kaivan. Ia memandang sekilas wajah Alsya, lalu mengabaikannya begitu saja. Sepertinya kecantikan Alsya tidak berarti apa-apa baginya.

"Aku ke toilet sebentar," ucap Kaivan sengaja berbohong. Lalu pergi tanpa menatap Alsya.

"Apasih anjir sombong banget. Cih, dikira aku sudi apa sama pernikahan tolol ini," batin Alsya mendendam seketika. Padahal ia baru saja mengagumi Kaivan beberapa detik yang lalu.

Kyai Daris yang merasa tak enak dengan sikap Kaivan, sengaja berbasa-basi mengajak Alsya mengobrol sembari menikmati beberapa menu makanan yang tersedia.

Ini layaknya seperti acara keluarga saja, tidak ada tamu undangan yang perlu disalami dan sebagainya. Hanya ada pak penghulu dan beberapa saksi.

Saat Alsya dan Kyai Daris tengah asik mengobrol, tiba-tiba datang Kaizan membawakan teh.

"Minum dulu," ucapnya ramah dan tersenyum tipis.

Sontak, Alsya menatap tercengang ke arah Kaizan, "Loh, kamu kok udah ganti baju aj ..."

"Ahaha," tawa renyah Kyai Daris langsung menyambut.

"Ini bukan suami kamu, tapi ini abang ipar kamu ... ahaha," terang sang Kyai masih terkekeh.

"Loh, kok wajahnya ... loh ta-tapi ..."

"Aku Kaizan, abangnya Kaivan. Kebetulan kami berdua kembar," timpal Kaizan memperkenalkan diri.

"Ih.. kok lucuuuu," dengan datarnya Alsya menangkup sekilas kedua pipi Kaizan.

"Astaghfirullah!" spontan Kaizan menjauhkan dirinya ke belakang. Lalu menatap sang Ayah dengan wajah pucat pasi.

Gus KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang