Bab-11

9.3K 675 53
                                    


Tandai Typo!
________________

HAPPY READING!

*
*

Hari ini Nindy berniat untuk pergi ke ruang kepala sekolah untuk meminta agar sekolah ini bisa membayar dulu untuk kegiatan campingnya, karena Nindy tidak mungkin bisa membayar dalam waktu seminggu ini, Istilah lainya utang dulu hehe.

Tok tok tok

“Permisi!!” ucap Nindy sembari mengetuk pintu ruang kepala sekolah.

“Ya, masukk” sahutan dari dalam ruangan membuat Nindy membuka pintu itu.

“Ada apa Nindy?” tanya kepala sekolah.

Nindy menghela nafas sejenak kemudian bersuara. “Maaf pak, apa boleh saya meminta keringanan agar biaya camping di tanggung pihak sekolah lebih dulu, nanti saya akan kan membayarnya setelah saya punya uang pak.” kepala sekolah yang mendengar itupun mengangguk kepalanya.

“Kamu tenang saja, untuk biaya camping itu gratis bagi murid beasiswa. Dan satu lagi selama tiga bulan ini kamu tidak usah membayar SPP.” sahut kepala sekolah yang membuat dahi Nindy mengernyit.

“Maksud bapak bagaimana? Kenapa saya bebas uang SPP selama tiga bulan.”

“Saya tidak bisa memberitau alasannya, sekarang kamu boleh pergi.” Nindy yang mendengar itupun sedikit heran, tapi tak ayal ia pergi dari ruangan kepala sekolah itu.

Setiap langkahnya untuk kembali ke kelas Nindy memikirkan sebab mengapa biaya SPP nya selama tiga bulan ini bebas. Tapi tak ayal Nindy juga merasa lega.

“Hay mungil,” sapa Sagara yang kini memotong jalan Nindy.

“Ada apa ya kak?” tanya Nindy mencoba ramah.

“Jangan ngelamun nanti jatuh, oh ya ini buat lo,” ujar Sagara sembari memberikan Nindy roti dan sebotol air mineral.

Tangan Nindy terulur menerima itu, kemudian berucap. “Sebelumnya terimakasih Kak, tapi Kakak nggak perlu repot-repot ngasih gue begini.”

“Nggak apa-apa, sebentar lagi juga udah bel masuk, tadi juga lo pasti belum ke kantin kan,”

“Iya kak, sekali lagi terimakasih ya.”

Sagara tersenyum cerah dan mengangguk sebagai balasan ucapan Nindy.

“Yaudah gue duluan ya kak.” pamit Nindy meninggalkan Sagara yang masih diam di tempat melihat punggung kecil gadis itu yang perlahan-lahan menjauh.

Sagara sebenarnya mengikuti Nindy yang masuk ke ruang kepala sekolah, dia juga yang sebenarnya membebaskan biaya SPP bulanan Nindy. Sebenarnya Sagara ingin membayar semuanya sampai Nindy lulus, tapi ia tak mau Nindy curiga karena yang Nindy tau semua anak beasiswa masih wajib membayar.

“Lo pasti suka ya.” suara Bimo di sampingnya membuat Sagara bingung, apa maksud dari temannya ini.

“Lo suka Nindy kan.” ulang Bimo yang tahu bahwa temannya ini tak paham.

Sagara terdiam memikirkan ucapan Bimo, ia tak mengelak bahwa dirinya ternyata suka pada gadis itu. Jika tidak suka, mengapa Sagara repot-repot membayar uang SPP bulanan gadis itu, repot-repot membelikan makanan juga pada gadis itu. Intinya Sagara tidak mau jika melihat gadis itu kesusahan, mendengar cerita Bimo yang mengatakan Nindy bekerja di cafe sepulang sekolah saja sebenarnya membuat Sagara tak terima, ingin rasanya Sagara mengatakan pada gadis itu agar tidak usah bekerja.

Sagara mengangguk sebagai balasan, ia tak menyangkal sama sekali.

“Kirain lo masih suka sama Karren,” sahut Bimo, karena Bimo tau Sagara pernah menyimpan rasa pada Karren.

Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang