15. Teman Baru Aji

975 134 149
                                        

Note : Cerita ini mengandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca.

Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment.

.

(Sorry for typo's)

.

Enjoy and Happy Reading.
_

Hari Jumat adalah hari Jumat. Kalau Senin, berarti ya hari Senin. Begitu pula dengan hari lainnya. Intinya, apapun harinya, Malik dan ke-enam adiknya tetap manis, tampan, mempesona.

Ah, lupakan, intinya, mari kembali menenggok sosok Hanif yang melipat sarung hitamnya di depan kaca.

Candra menyusul disamping Hanif, setelah memasang peci hitam corak emas miliknya, tangannya meraih dahi Hanif yang sudah terbuka dan tersingkir dari rambut karena terpasang oleh peci, terlihat sangat tampan dan manis, “A', badannya masih anget loh.” ujar Candra.

“Nggak papa, nanti pulang Jum'atan Aa' langsung balik, nggak mampir deh cius, kalo nggak khilaf tapi.” ucap Hanif yang langsung disahuti dengkusan oleh sang adik pertama.

“Ya, pokoknya Aa' langsung pulang ya, habis itu istirahat.” Candra berlalu pergi dari depan kaca, mencari Aji guna meminta tebengan.

“Bang Jen, Nana, Apa Mas Malik ya?” Hanif menyemprot pengharum pada sikunya, melakukan sunah-sunah rasul sebelum berangkat melaksanakan sholat Jum'at.

“Eum, nebeng siapa ya? Bimbang banget ini Ya Allah~” Raut wajahnya benar-benar serius, membuat Jendral yang ada disana diam-diam tersenyum.

“Bimbang, ragu~ Sementara malam, e-eh, Abang? Ngapain?” Hanif kelimpungan sendiri, wajahnya memerah semu, merasa malu atas tindakannya yang di lihat oleh sang Abang.

“Kenapa? Lanjut aja nyanyinya Nif.” kata Jendral sembari tertawa kecil, membuat Hanif semakin merasa malu, duh gemes amat sih bocah.

“Abang mah gitu ih!” Hanif memberengut kesal, namun Jendral merasa hal itu bertambah asik untuk ia berikan sebuah tawa.

“Aduh, sakit perut Abang, udah ayok, nanti keburu telat, kamu ikut Abang aja.” ajak Jendral, dan Hanif walaupun merasa sedikit kesal, mengikuti langkah Jendral dengan sarung abu-abu yang menambah kadar ketampanan kakak ketiganya itu.

•••

Tujuh anak lelaki disana berkumpul di tangga masjid, satu duduk santai, enam lainnya mondar-mandir menenggok lantai, berharap apa yang mereka cari akan segera ditemukan.

“Tadi kamu taruh mana sih Nif?!” Reihan bertanya, kesal terlihat mencetak raut wajahnya.

“Disini kok mas,” jawab Hanif, sosok yang duduk santai sementara keenam saudaranya mencari sandalnya yang hilang entah kemana.

“Udahlah, nyeker aja kenapa sih, kek apa aja.” Hanif berdiri, hendak pergi meninggalkan pada saudaranya, namun tangannya dicekal oleh sang adik, Chandra, “Sebentar, eum, gimana ya, pake sandal aku aja ya A'!”

“Sandal aku aja A'!” Oke, setelah dilarang nyeker, sekarang berebut untuk meminjami dirinya sandal.

“Daripada ribut, gimana berbagi rejeki ke toko itu aja? Kita beli sandalnya buat aku pake.” Hanif berucap sembari jarinya menunjuk sebuah toko kecil yang ada di depan masjid.

“KENAPA NGGAK DARITADI HANIF?!” Jendral mengeplakan pecinta pada lengan Hanif, “Hehe, baru inget juga Bang.” jawabnya.

“Ya udah ayok gas kesana, ngapain lagi coba?” Nathan turut mengajak, dirinya sudah ingin rebahan, oke?!

“Santai Na, santai, panas ya? Maaf ya, habis ini aku beliin es, oke?” Hanif merangkul Naren dan mendahului yang lain, “Ya.” jawab sang kembaran.

“Beneran aku beliin kok, nih uangnya, tuh ada penjualnya, sana beli, aku mau beli sandal dulu.”

“Aa'!” Chandra memekik dan sudah berada dibelakang keduanya, tangannya terulur, pertanda bahwa, “Mau juga beli es, hehe.” ia juga ingin es yang terlihat menggoda disana.

“Ya ya, itu cukup berdua sama A' Na, sana beli, nanti keburu Mas Rei marah cepetan.” Hanif mendorong keduanya agar cepat-cepat, dan terlihat kedua saudaranya sedikit panik kala melihat tatapan Reihan yang nyalang melirik mereka.

“Itu Naren sama Chandra aja kan yang beli? Hanif masih anget loh badannya, awas aja sampe beli.” Jendral berucap khawatir, namun dirinya hanya diam diatas motor, menunggu Hanif yang membeli sandal.

“Aman, mas banting semua tuh anak sampe si Hanif ikutan minum es.” Aji bergidik ngeri mendengarnya, Mas kedua memang menyeramkan.

•••

“Minta maaf beneran nggak nih lo?” tanya Aji pada sosok di hadapannya, dan sosok pemuda seumuran Aji itu terkaget sejenak, kapan Aji memakai panggilan seperti itu, pikirnya.

“Iya beneran, gue baru sadar kalau ternyata gue cuma iri, dan saran dari orang yang gue kenal, daripada iri mending temenan aja, tapi asal lo mau aja sih, gue mah nggak maksa.” katanya dengan raut wajah yang kentara sekali gengsinya.

“Ya udah sih temenan aja.” jawab Aji sembari menghabiskan minuman botol yang ia beli, tangannya meraih kantong belanja ala Alfamart yang berisi belanjaan pesanan para saudaranya.

“Semudah itu?” Rendi terheran, “Ya kata Aa' Hanif mah, ngapain musuhan kalo bisa temenan. Tapi keknya gue punya syarat buat maafin lo.” jawab Aji.

“Lah tiba-tiba banget nih bocah?!” Rendi menyalak tak percaya, “Apaan?” namun pada akhirnya bertanya juga.

“Anterin gue pulang pakai mobil lo itu ya, soalnya panas banget, sekalian deh lo main-main ke rumah sebagai tanda pertemanan kita.” ucap Aji tak terduga, dan Rendi tanpa berlama-lama segera mengajaknya pulang, mengunakan mobil mahal teman barunya, mantan musuhnya.

“Jadi kita temen?” Rendi membuka suara kala telah sampai di depan rumah Aji.

“Iya, banyak omong bet dah, ayok cepetan turun.” ajak Aji.

“Asal lo tau ya Ji, kita sebenarnya kita sekampus.” ia coba berbicara santai, “Tau.” dan Aji menanggapi dengan santai pula.

Yah sepertinya keduanya memang akan menjadi teman dekat dalam jangka waktu yang lama.

Satu hari lagi milik Aji kita terlukis oleh kisah baru, lembaran baru, dan terisi oleh orang baru, yah, walaupun sedikit tidak terduga juga orang itu adalah Rendi.

To be continued
.
.
.

Hai semua, apa kabar? Maaf untuk keterlambatan update ya, ada sedikit kendala pada WP El (tapi kayaknya hampir semua wp setelah diperbaharui error gini deh, keknya) jadi kemaren-kemaren cari cara biar nggak kehilangan akun ini T_T
.

Makasih buat 10k views. Jangan lupa komentarnya ya! Nggak kerasa, kurang dari 10 chapter cerita ini kayaknya udah ending.
.

Siapa mau update lagi? Besok? Ntar malem? Ramaikan dulu komentarnya!
.

See u on next chapter guys!

17 Februari 2024

How He Died?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang