Note : Cerita ini mengandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca.
Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment.
.
(Sorry for typo's)
.
Enjoy and Happy Reading.
_*Hari Dimana Kehilangan Itu Menyapa.
Naren memandang kosong kearah bawah, biasanya jika jam segini, dari lantai dua ia dapat melihat Reihan dan Hanif berpulang dari aktivitas mereka, keduanya selalu berjalan riang menuju Dream House.
Biasanya ia akan tersenyum lebar sembari masuk kedalam, menyambut siapapun dari mereka yang pulang terlebih dahulu. Atau, ia akan berjalan ke dapur, memulai rutinitas guna memulai kebersamaan dirumah ini, menghangatkan hatinya, mengusir sepi yang mampu mengundang berisiknya isi kepala.
Namun, kali ini, Naren berjalan mundur perlahan, memasuki kamar, menjauh dari balkon, dengan mata memandang kosong kearah bawah sana. Ia melihat jelas bagaimana Hanif terjatuh dari lantai dua.
Tangan Naren bergetar, kepalanya menggeleng keras kala bayangan mobil tadi justru menyambut baik tubuh kembarannya. Dan sekarang Hanif merenggang nyawa di bawah sana.
Tolong bangunkan Naren. Tolong bilang padanya jika ini semua adalah mimpi gila miliknya!
Naren jatuh terduduk, bukan hanya tangan, kini badannya turut bergetar, nafasnya pun mulai sesak, dadanya naik-turun cepat, nafas Naren menyempit seiring shock dan rasa takut yang terus menyerang dirinya.
Tak lama kegelapan merenggut dirinya.
Dan Mahen, hanya memandang datar dengan air mata deras yang mengguyur pipi tegasnya.•••
Jangan lama-lama, udah mendung banget dek.
Emang sengaja.
Dih, aku aduin Mas Rei!
Kok ngaduan?!
Daripada kamu sakit.
Nggak bakal, aku kan emang manusia hujan.
“Astagfirullahaladzim...” Candra tergelak kecil, tangannya mengetikan balasan pada Aji yang belum juga kembali dari acara ‘membeli soto untuk Aa' Hanif’ itu.
Nanti sotonya rasa air hujan Ajiiii.
Nggak kakakkk, kan dikresekin.
Dih, tumben banget manggil kakak~ Mau nyogok biar nggak di aduin kan kamu?!
Pokoknya kalo sampe lama, aku aduin ke Mas Rei!Udah ah, ini jalannya agak rame, adek udahan dulu hpnya kak.
Hati-hati.
Jangan lama-lama!
Jangan lari-lari juga, ntar jatuh!Ia letakan ponselnya pada meja dihadapannya, namun setelahnya malah beberapa kali berbunyi, sepertinya Aji membalas lagi.
Hendak Candra ambil ponsel itu, namun aksinya urung sebab bunyi keras dari luar menyambut pendengarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How He Died?
Novela JuvenilDeskripsi : Bagaimana bisa, diantara ke-enam saudaranya, ada kemungkinan tindakan kriminal yang mereka lakukan. Aji, bungsu yang sangat-sangat mencintai hujan, bahkan menjadikan momen hujan sebagai masa favorite-nya. Namun, siapa sangka, kini kebenc...