Note : Cerita ini mengandung kekerasan, tindakan tidak terpuji, dan beberapa kata kasar, mohon bijak dalam membaca.
Don't Plagiat. Don't forget for vote and comment.
.
(Sorry for typo's)
.Enjoy and Happy Reading.
_*Setelah Kehilangan.
Rumah begitu berantakan, dalam kamar Hanif yang tlah lama kosong apalagi.
Terduduk dengan darah ditangannya juga saudara yang mengamuk mengutuknya terjadi pada pemuda malang itu, Candra.
Candra bergelimang air mata, tenggorokannya terasa sakit sebab kebanyakan teriak dan memekik.
“Bukan! Aku bilang bukan!!!” pekiknya keras bersama dilemparnya buku-buku Hanif yang tersusun rapi.
“Kamu iya! Kamu yang bunuh Hanif!!! KAMU BUNUH KEMBARAN AKU!”
“Akkkh! Candra benci, benci banget sama dunia ini! Dunia ambil AA', DUNIA JUGA TUTUP MATA SAMA FAKTA!” Tak lagi ia berpikir tentang Naren yang masih melampiaskan amarah, Candra sudah di ujung batas, ia sudah lelah merindu juga hidup bersama pilu.
“Candra bilang bukan ..,” lirihnya sembari meremat rambutnya.
“Sialan, diam! Diam! Kamu pembunuh!” Naren lemparkan penggaris bercoret spidol merah milik Hanif.
Aji juga Jendral membuka pintu kamar Hanif kasar, ia tarik pergelangan lengan Naren yang hendak meraih Candra yang sudah tertekuk takut, ia tumpukan kepalanya pada lutut yang ia tekuk lalu menutupi kepalanya dengan tangan kecilnya yang sudah tergores pengaris.
Aji membawa Candra pada pelukannya, sembari melihat Jendral yang memandang marah pada Naren.
“Diam Na! Diam! Kamu sudah keterlaluan!”
“Lepas Bang, biarin aku bunuh dia! Dia yang udah bunuh kembaran aku!!” Naren berteriak, dan tamparan keras untuk pertama kalinya jendral berikan setelah sekian lama pada Naren.
“Kamu! KAMU YANG BUNUH HANIF NAREN! KAMU YANG BUNUH KEMBARANMU SENDIRI!” Jendra berteriak keras di hadapan ketiga adiknya.
Candra dan Aji hanya memandang kedua kakaknya kosong, syok.
“Kamu yang buat Abang kehilangan dia, Na...” Jendral melirih dan melihat Malik serta Reihan terdiam di depan pintu kamar Hanif.
Jendral tertawa miris, “Akhirnya, semua tau siapa malaikat Izrail Hanif. Naren. Kamu pembunuh, kamu yang bunuh Hanif, jangan lupakan fakta itu!”
Reihan menerobos masuk, tak menenggok barang seinci pun pada Naren, ia ambil Candra dari pelukan longgar Aji, membawa sang adik untuk di obati.
“Ikut mas, kita bersihin lukanya ya.” Dan tanpa perlawanan berarti, Candra mengikuti langkah Reihan.
Aji memandang Naren tak percaya, bibir bergetar itu terus bergumam, “tidak mungkin.” Dengan lirih.
Naren sendiri tetap menunduk dengan cangkir keramik bergambar beruang di ujungnya, itu cangkir kesayangan Hanif.
Ia pandang cangkir itu lamat sekali, kini telinganya tak mampu mendengar suara di sekitarnya.
“Ini, tadi pas angkat kayu, Bang Jen, Mas Malik sama Hanif di kasih uang lebih, jadi Hanif belikan Nana cangkir kelinci. Terus Hanif beli cangkir beruang, jangan di pecahin sampe gede, ya!” ucap Hanif kecil di antara hiruk pikuk keramaian pasar malam.
![](https://img.wattpad.com/cover/357816759-288-k556211.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
How He Died?
Novela JuvenilDeskripsi : Bagaimana bisa, diantara ke-enam saudaranya, ada kemungkinan tindakan kriminal yang mereka lakukan. Aji, bungsu yang sangat-sangat mencintai hujan, bahkan menjadikan momen hujan sebagai masa favorite-nya. Namun, siapa sangka, kini kebenc...