018 :: Sebuah Alasan [3]

72 12 3
                                    

"Apakah kamu tahu? Manusia selalu jatuh dengan begitu mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah kamu tahu? Manusia selalu jatuh dengan begitu mudah. Dengan alasan apa pun."

Steve membawa Sekar pergi menjauh dari rumah Bagas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Steve membawa Sekar pergi menjauh dari rumah Bagas. Keduanya tiba di pinggiran kota. Meskipun begitu, suasananya tetap terasa ramai. Suasananya cukup bagus untuk sekedar menghabiskan malam yang indah.

Suara ledakan-ledakan kecil yang tercipta di langit membuat jantung Sekar berdetak keras. Dengan riang, Steve menyulut satu kembang api panjang lagi, kemudian diarahkannya benda itu ke langit lepas. Dapat Sekar yakini, kini kedua pupil matanya pasti dipenuhi replika bunga-bunga api yang meledak dan berhamburan seperti bintang di atas sana. Jauh di dalam hatinya, ada perasaan membuncah yang sulit dijelaskannya.

"Aku udah lama nggak lihat kembang api," curhat cewek itu ketika Steve kembali duduk di sampingnya. "Em ... mungkin yang terakhir waktu aku masih di Jogja?" lanjutnya lagi.

Mendengar itu, Steve lantas mengacungkan sebuah kembang api kecil ke hadapannya. "Mau coba nyalain sendiri?" tawarnya.

Sekar menggeleng kuat. "Takut," ungkapnya ragu.

Steve terkekeh sebentar lalu meletakkan benda itu di tanah. Setelahnya, ia menatap Sekar yang duduk manis di atas kap mobilnya seraya menikmati kota Bandung yang begitu indah di malam hari. Cowok itu mengulas senyumnya samar.

"Seberapa banyak ketakutan yang lo punya, Kar?" cicit cowok itu pelan.

Sekar tak lantas mengindahkan pertanyaan itu. Ia menipiskan bibirnya seperti sedang menimbang jawaban. "Emm, mungkin sebanyak keberanian yang Kak Steve punya?" ujarnya asal.

Ada ledakan kecil dalam sudut hati milik cewek itu ketika mendapati sahutan suara tawa khas milik Steve. Cowok itu banyak tertawa selama tiga puluh menit terakhir-dalam kebersamaan singkat mereka. Steve sepertinya tengah berusaha memberikan kehangatan pada Sekar dan berusaha menjadi penghibur baginya.

Di sisi lain, Sekar merasa mendapat keberuntungan, bagaimana bisa ia mampu bertemu dengan seorang Steve yang seakan selalu bahagia dengan hidupnya? Kembali pada prinsipnya, Sekar menyukai kebahagiaan orang lain. Kebahagiaan yang tertera di sana pun termasuk suara tawa milik Steve itu. Meski pada dasarnya, Sekar selalu merasa bersalah karena telah membiarkan Steve mengisi kekosongannya akibat kepergian Bagas.

BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang