028 :: Hari yang Cerah

69 13 13
                                    

"Tanpa kamu sadari, mungkin hal-hal kecil yang orang lakukan padamu—yang bahkan kelihatannya tidak berarti—justru bisa membuat harimu terasa lebih lengkap dan berharga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tanpa kamu sadari, mungkin hal-hal kecil yang orang lakukan padamu—yang bahkan kelihatannya tidak berarti—justru bisa membuat harimu terasa lebih lengkap dan berharga. Dan jika kamu melewatkannya, bisa saja kamu akan merasa ada sesuatu yang hilang dari dirimu. Misalnya, senyuman cerah dari seseorang yang menyukaimu"

 Misalnya, senyuman cerah dari seseorang yang menyukaimu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aa, minta uang jajan!"

Bagas mengembuskan napasnya kesal mendengar teriakan dari arah pintu depan. Siapa lagi kalau bukan Rhea—adik kecilnya yang bertenaga Samson. Mau pagi, siang, sore, atau pun malam, bocah itu tidak pernah cuti memancing emosi Bagas.

"'Kan, udah punya. Masa, masih malak punya Aa!" sahut Bagas tak kalah sengit.

"Ah, buat beli cimol sama es teh aja habis!"

"Ya udah, enggak usah beli cimol sama es teh!"

"A Bagas!"

Bagas berjalan cepat menuju teras dan mendapati adiknya dengan seragam merah putih serta Bi Asri yang sudah menenteng tas bergambar Superman di tangan kananya. Gitu-gitu, selera fashion Rhea sangar, 'kan?

Karena mendapat tatapan galak dari bocah kecil itu, Bagas lantas membuka dompetnya dan memberikan satu lembar uang berwarna cokelat muda dan menyodorkannya cepat pada Rhea.

"Buruan ambil, mau enggak?" lama tak mendapat sahutan, Bagas berniat menarik lagi uang itu.

"Masa, lima ribu?" ujar Rhea kesal.

Definisi; udah dikasih malah ngelunjak.

Bocah itu berjinjit lalu menilik sekilas dompet milik kakaknya itu. Tangan kecilnya menyelundup cepat dan menarik uang berwarna biru.

"Eh, siniin!" Bagas membelalak.

Rhea menunjukkan cengirannya.

"Dadah, Aa. Rhea mau sekolah dulu, Aa jangan nakal, ya. Sekolah yang pintar!" ujarnya girang kemudian segera berlalu bersama Bi Asri yang terus cekikikan tidak jelas.

"Kapan, ya, bocah itu dapat hidayah? Mau gue coret dari Kartu Keluarga tapi kasihan," gumam cowok itu seraya tersenyum dan melambaikan tangan membalas Rhea yang kini tengah berjoget sambil memamerkan uang lima puluh ribuan padanya dari samping pagar rumah.

BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang