031:: Ruang Temu [1]

91 12 20
                                    

"Pada sebuah temu, ada satu hal yang mampu kamu lepas dengan leluasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pada sebuah temu, ada satu hal yang mampu kamu lepas dengan leluasa. Namanya rindu."

Siang itu, saat bel istirahat kedua berbunyi, Ajun menepuk bahu Bagas pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang itu, saat bel istirahat kedua berbunyi, Ajun menepuk bahu Bagas pelan. Seperti biasa, cowok itu sedang duduk dan menelusupkan wajahnya pada lengan yang saling bersedekap di atas meja. Mungkin tidur?

"Bagas, ayo ke kantin. Gue laper. Temenin makan."

Tak ada tanggapan.

"Elah, Bagas kebo. Buruan! Cacing ternak gue udah pada demo ini. Dengerin, suaranya krucuk krucuk!" Ajun terus merengek sembari memegangi perutnya. Emang bocah lebay.

Bagas mengangkat kepalanya dengan berat hati. Cowok itu tidak tidur, hanya saja malas mendengarkan pelajaran sejak tadi. Melihat wajah malas itu, Ajun lantas mengerucutkan bibirnya hingga mirip mulut bebek. Bagas sudah seperti ini sejak beberapa hari lalu. Entah, hal sulit apa yang tengah Bagas alami, Ajun tidak tahu pasti.

"Berisik aja lo, kanebo kering. Udah sana, ke kantin sendirian. Gue mau tidur," usir Bagas dengan nada galak.

"Tapi, aku tak bisa tanpamu, Gas." Ajun memelas.

"Lo pilih cabut sekarang apa gue sambit pake stang motornya Black Buraq, Jun? Pilih, cepet!" sambar Bagas lebih galak lagi.

"Ye, bocah! Galak amat kayak owner-nya Black Buraq. Si Agus Setiawan Cullen itu."

"Pepatah mengatakan, jangan mengusik singa yang sedang tidur, Jun."

Merasa kesal, Ajun dengan berani menggeplak belakang kepala Bagas.

"Singa tidur, singa tidur. Muka lo tuh, kaya kucing garong kebelet berak!" Setelah melayangkan tatapan galak kepada Bagas, Ajun pun melenggang pergi dari kelas yang sudah sepi itu.

"Bisa berkurang kegantengan gue kalo adu debat sama, tuh, siluman cacing kremi!" decak Ajun keras lalu menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari.

Bagas tetap tak bergerak. Suasana hatinya masih buruk, seperti hari kemarin dan kemarinnya lagi. Mungkin belum akan membaik sebelum melihat wajah Sekar. Atau sederhana saja, cukup memastikan kalau Sekar baik-baik saja. Karena sungguh, saat ini Bagas sudah bingung akan bertanya kepada siapa lagi demi mendapat secuil informasi tentang Sekar. Atau mungkin, Bagas sudah benar-benar kehilangan cewek itu? Ah, kepalanya pusing sekali jika memikirkan masalah ini.

BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang