023 :: Nuraga

88 14 8
                                    

Nuraga (n) berbagi rasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nuraga (n) berbagi rasa

"Seperti kelopak bunga yang diterbangkan angin sehingga jatuh menciumi garis bumi. Aku ingin jatuh terus menuju kamu dan saling berbagi rasa."

Jemari-jemari kurus nan lentik milik Sekar seakan menari memutar mengelilingi sebuah mesin pendingin yang dipenuhi dengan minuman instan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jemari-jemari kurus nan lentik milik Sekar seakan menari memutar mengelilingi sebuah mesin pendingin yang dipenuhi dengan minuman instan. Suasana mini market yang ia datangi saat itu sedikit ramai. Hal itu membuat Sekar lantas ingin bergegas menyelesaikan misi berbelanjanya.

"Oh, tinggal sisa satu," monolognya seraya menggenggam satu kotak susu stroberi yang didapatinya dari mesin pendingin di hadapannya.

"Udah? Ayo pulang."

Kalimat itu diutarakan oleh Mas Januar yang sudah berdiri di samping Sekar seraya membawa sekeranjang besar barang belanjaan. Si adik mengangguk lalu mengambil satu kotak susu lagi kemudian mengekor sang kakak menuju meja kasir.

Sepulang dari mini market, Sekar menghabiskan waktunya untuk beberes di kamarnya seraya memutar musik kesukaannya.

Seharian ini, tak henti-hentinya Sekar mengulas senyuman manis di wajah ayunya. Bukan tanpa alasan, pasalnya esok hari-tepatnya hari senin-ia akan mulai pergi ke sekolah lagi. Meski masih ada beberapa memori yang tidak Sekar ingat, namun ia harap dengan bertemunya ia dengan teman-teman yang lain, ia akan mengingatnya dengan mudah.

Sekar mulai meraih beberapa buku yang berserakan di meja belajar untuk merapikannya, lalu hendak beristirahat. Namun, setelah melihat sebuah kresek berwara putih yang tergeletak begitu saja di atas meja, Sekar mengurungkan niatnya tadi lalu meraih benda yang dilihatnya itu dan buru-buru berlonjak dari posisinya untuk keluar kamar.

Sekar memindai seisi rumah lalu menemukan Mas Januar yang menikmati secangkir teh di taman belakang. Sekar pun tersenyum.

"Mas, Sekar ke rumah Kak Bagas sebentar, ya! Jangan nyariin!" teriak cewek itu setelahnya.

Belum sempat mendapati jawaban dari sang kakak yang sebenarnya ingin melontarkan kalimat protes, Sekar lekas berlari menuju pintu depan dengan barang bawaannya tadi.

BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang