026 :: Kebenaran [2]

93 12 10
                                    

"Kamu pikir aku elegi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu pikir aku elegi. Meski aku sepenuhnya hanya membatu di antara sajak rindu. Serupalah dirimu dengan aku; lagu sendu itu."

Bermula dengan dekat, hingga kini saling memberi sekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bermula dengan dekat, hingga kini saling memberi sekat. Sekar menyadari hari-harinya terasa begitu kosong tanpa hadirnya sosok Bagas yang selalu memberinya senyuman secerah fajar. Keduanya membiarkan hari-hari yang berlalu dipenuhi dengan warna monokrom yang sama sekali tidak menyenangkan. Bagas dan Sekar sama-sama mendekap lara yang membuat keduanya merasa hampa.

Sekar hanya membiarkan detik terus bergulir sambil berharap barangkali Bagas berniat menemuinya lebih dulu lalu menjelaskan semua hal yang tak ia ketahui. Ia berharap Bagas mau jujur padanya atas segalanya. Namun, setelah nyaris seminggu berlalu, cowok itu tidak pernah menampakkan wajah berengseknya di hadapan Sekar. Hal itu jauh membuat Sekar merasa kecewa pada sosok Bagas yang sialnya masih ia sukai hingga detik ini.

"Gue Steve."

Sekar merengkuh kesadarannya saat tubuhnya berjengit mendapati sosok cowok tinggi tengah berdiri menghadang jalannya. Ia memaparnya senyuman manis dengan dimples yang menghiasi kedua pipinya. Rambutnya cokelat muda khas dengan bola berwarna senada yang sangat menarik. Cowok itu menatapnya dengan ekspresi wajah yang begitu menyenangkan.

Sekar menelengkan kepalanya tanpa berniat membalas uluran tangan Steve yang masih setia menatapnya dengan senyuman manis. Sekar ingat cowok itu adalah orang yang terakhir kali ia temui di halte, nyaris seminggu lalu. Meski masih sedikit sulit membentuk memori-memori dalam kepala, Sekar yakin betul ia kenal dekat dengan cowok bule ini.

Lama tak mendapatkan tanggapan, Steve menarik kembali uluran tangannya seraya mengembuskan napas pelan. Cowok itu menipiskan bibirnya sekilas lalu mulai membuka suara kembali.

"Lo lupa sama gue?" tanyanya seraya menunduk untuk menatap wajah Sekar yang lebih rendah darinya.

Si lawan bicara hanya mengedipkan kedua netranya sekali kemudian menelan saliva.

"Aku tahu, kok, kamu siapa," ujarnya cuek, kemudian berlalu melanjutkan jalannya.

Steve menampakkan senyuman kecilnya lantas menyamakan langkahnya dengan cewek itu.

BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang