010 :: Tanda Tanya [4]

72 14 0
                                    

"Karena, menolak jatuh cinta di usia remaja itu sama saja dengan menyia-nyiakan masa muda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena, menolak jatuh cinta di usia remaja itu sama saja dengan menyia-nyiakan masa muda."

Bagas hanya mampu terdiam menatap Mentari yang terlihat lelah dengan setumpuk pertanyaan di dalam kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagas hanya mampu terdiam menatap Mentari yang terlihat lelah dengan setumpuk pertanyaan di dalam kepala. Tanpa berpikir, cowok itu lekas melepas almamaternya lalu segera memakaian baju itu pada Mentari yang nampak kedinginan. Selanjutnya ia menarik cewek itu keluar sampai di sebuah kelas yang kosong.

"Jelasin. Siapa yang giniin lo?" Kalimat Bagas penuh penekanan, membuat Mentari sontak menatapnya terkejut. Amarah Bagas kini menjadi tidak terkontrol melihat cewek yang diam-diam disukainya itu terlihat kacau.

"Jangan diam aja, Mentari! Bilang ke gue!" gertaknya sekali lagi.

Mentari terperanjat. "Ih, iya! iya! Sabar dulu, Bagas! Enggak usah teriak-teriak sama gue, gue enggak budek!" Mentari menjawabnya dengan suara yang tak kalah keras. "Galak banget kayak Pak Agus!" semburnya kemudian, namun Bagas menanggapinya dengan perasaan tidak senang.

Bagas duduk tepat di hadapan cewek itu lantas mengambil sebuah hoodie dalam tasnya lalu mengusapkan benda itu ke tubuh Mentari agar cewek itu merasa lebih hangat. "Cerita pelan-pelan ke gue," ujarnya dengan nada lembut sembari menatap tepat pada obsidian milik cewek itu.

Mentari menggeleng. "Gue nggak tahu siapa mereka."

Bagas mengerutkan alisnya, netranya yang tajam membuat Mentari tak berani menatapnya. Bagas yang seperti ini terlihat 360 derajat berbeda dengan Bagas yang biasanya bobrok dan lawak. Mentari menjadi sedikit takut.

"Gue tadi cuma lagi nunggu Wilona di depan ruang mading, tiba-tiba mata gue ditutup terus gue dibawa ke toilet." Mentari menjeda kalimatnya, melirik Bagas yang menatapnya dengan serius. "Mereka maki-maki gue ... ya, gitu, deh, pokoknya. Gue lupa!" lanjutnya takut dan juga setengah kesal. "Salah satunya bilang biar gue jauhi Rendi."

Bagas berdiri setelah mendengar kalimat terakhir yang cewek itu katakan. Matanya menatap ke sekeliling kelas mengalihkan perhatiannya dari Mentari. Mulutnya yang hanya mampu terdiam itu membuat Mentari menjadi canggung.

Cowok itu melihat bahwa hujan telah reda, netra elangnya kembali menatap Mentari tajam. "Bawa tas lo. Gue antar pulang," ujarnya singkat kemudian meraih tasnya dan pergi mendahului Mentari. Dengan kebingungan, cewek itu pun mengekor di belakang tubuh tinggi Bagas menuju parkiran tempat Bagas memarkirkan motornya.

BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang