009 :: Tanda Tanya [3]

83 15 2
                                    

Steve melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari ruang sekretariat tata usaha SMA Lentera Baswara dengan senyum yang mengembang begitu lebar pada wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Steve melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari ruang sekretariat tata usaha SMA Lentera Baswara dengan senyum yang mengembang begitu lebar pada wajahnya. Cowok itu menggenggam sebuah amplop berisi surat pernyataan yang akan ia berikan kepada Sekar. Hal itulah yang membuat dirinya terus tersenyum dan bersemangat, karena ia punya alasan untuk menemui Sekar.

Steve tidak tahu kapan tepatnya ia tertarik pada sosok Sekar, si adik kelas. Mungkin benar kata pepatah, cinta datang karena terbiasa. Steve yang beberapa bulan ini sering bertemu dengan Sekar merasakah sebuah kenyamanan pada pribadi Sekar yang lembut, sabar, dan perhatian itu. Terlebih lagi paras Sekar yang juga cantik. Sejauh ini, mungkin hanya Sekar yang mampu meluluhkan hatinya sampai selembut ini.

Namun, sayangnya untuk beberapa hari ini Steve tidak memiliki alasan untuk selalu menemui cewek itu. Selain sibuk dengan organisasi di sekolah, Steve juga seorang cowok yang tidak terlalu berani menyatakan perasaannya begitu saja pada Sekar. Hanya beberapa kali ia sengaja melewati koridor di depan kelas cewek itu untuk memastikan bahwa Sekar baik-baik saja.

Langkah-langkah lebar yang Steve ciptakan tadi kini sudah mengantarkannya sampai di depan ruangan bertuliskan 'X BAHASA 1'. Presensi seorang Sekar yang berputar di kepalanya sejak beberapa menit lalu pun kini dapat netranya tangkap. Cewek itu tengah duduk di sebuah kursi panjang yang menghadap ke tengah lapangan. Tanpa ragu Steve menghampirinya meski beberapa tatapan siswa lainnya melirik Sekar tak suka.

"Sekar!" seru Steve.

Si pemilik nama menoleh tepat pada manik cokelat milik Steve yang menatapnya penuh suka. Sekar pun membalas senyum itu seadanya lantas membiarkan Steve mendudukkan diri di ruang kosong sampingnya.

"Kenapa, Kak?" tanya cewek itu selanjutnya.

"Ini," cowok itu menyerahkan amplop yang ada di tangannya tadi kepada Sekar. "pengumuman lomba kemarin," jelasnya singkat.

Sekar meraih benda itu dengan alis yang berkerut. Perlahan tangan lentiknya mulai membukanya dengan rasa penasaran. Seketika Sekar tak bisa menahan rasa terkejutnya ketika tertulis dengan jelas bahwa dirinya telah meraih juara satu dalam lomba pidatonya dua minggu lalu.

"Ini serius, Kak?" Sekar menatap Steve dengan netra yang berbinar bahagia.

"Iya, lo juara satu, Sekar."

Cewek itu menatap kertas di tangannya sekali lagi lalu mengular senyum yang tak kalah lebar dari milik Steve. Sedangkan cowok itu kini sibuk mengagumi setiap lekuk wajah Sekar yang nampak begitu manis nan menggemaskan di matanya.

"Besok gue temenin ambil sertifikat sama hadiahnya." Ucapan Steve disahuti dengan anggukan samar dari Sekar, membuatnya merasa gemas lagi. "Oh iya, kok, belum pulang? Bel udah bunyi dari tadi padahal?" Steve berusaha membuka konversasi baru.

"Tadi habis kasih bahan buat mading sama ke ruang guru buat kumpulin tugas, Kak." Sekar menggedikkan bahu. "Sekarang nunggu hujan reda," jawabnya ringan.

BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang